Harga minyak mentah untuk kontrak bulan Januari merosot US$ 1,62 poin (1,9 persen) menjadi 84,11 per barel. Secara akumulasi sebulan, harga minyak masih mencatat kenaikan 3,2 persen di bulan November kemarin.
Penurunan harga minyak sedikit tertahan oleh membaiknya data kepercayaan konsumen dan indeks manufaktur Chicago yang juga naik melebihi ekspektasi menjadi 62,5.
“Minyak mampu bertahan di bulan kemarin,” ujar Matt Smith, analis minyak dari KTT Energy di Kentucky. Meskipun jatuh hingga dibawah US$ 80 per barel kami tetap masih mencatat keuntungan. Ini menunjukkan bahwa minyak cukup tangguh ditengah naiknya dolar AS dan investor yang cenderung melepas aset beresiko.
Yunani, Irlandia dan Portugal mungkin akan diselamatkan oleh Uni Eropa karena mereka juga mengalami masalah likuiditas. Tetapi bukan itu masalahnya. Mereka tidak akan mampu membayar utang akan yang mereka terima yang akan menjadi masalah. Sehingga krisis utang ini tidak dapat diselesaikan dengan menambah hutang lagi.
Harga minyak sempat menguat 2,4 persen pada hari Senin lalu ditengah kecemasan zona Eropa dan naiknya dolar AS terhadap mata uang utama dunia. Indeks dolar AS terhadap enam mata uang rival utamanya kembali naik 0,5 persen ke level 81,22.
Investor tetap khawatir bahwa negara Uni Eropa lainnya seperti Spanyol, Portugal dan bahkan Italia kemungkinan juga akan memutuhkan bantuan seperti Yunani dan Irlandia membuat harga minyak kembali turun kemarin.
MARKETWATC/ VIVA B.K