"Kami menempatkan rating utang Indonesia pada "penilaian untuk kemungkinan peningkatan", karena pemulihan ekonomi Indonesia bisa dipertahankan dengan baik," kata Vice President sekaligus analis senior Moody's Aninda Mitra dalam keterangan persnya hari ini. Fundamental inflasi juga telah dikelola dengan baik.
Moody's terakhir kali merevisi peringkat Indonesia 21 Juni 2010 menjadi Ba2 dengan prospek positif. Pada 16 September 2009 peringkat utang luar negeri Indonesia naik satu tingkat menjadi Ba2 dengan outlook stabil.
Aninda menjelaskan bahwa keputusan itu diambil dengan mempertimbangkan kondisi ekonomi Indonesia yang mampu bertahan dalam krisis disertai dengan keseimbangan makro ekonomi secara berkelanjutan. Pengurangan beban utang pemerintah dan meningkatnya cadangan devisa bank sentral juga menjadi pertimbangan.
Kondisi itu mampu mengurangi persepsi risiko dan mendorong arus modal masuk lebih besar lagi. "Kondisi ini akan mendorong masuknya foreign direct investment dan modal jangka penjang," kata dia.
Kerangka kebijakan ekonomi Indonesia dinilai makin membaik untuk menghadapi tantangan makroekonomi dan kemungkinan munculnya guncangan. Stabilitas moneter memungkinkan pemerintan memperdalam pasar uang secara bertahap dan meningkatkan kemampuan penyerapan keuangan.
Langkah ini membuat Indonesia menjadi makin dekat pada peringkat investment grade. Lembaga pemeringkat internasional Japan Credit Rate telah memberikan peringkat BBB dengan prospek positif bagi Indonesia. Adapun Standard and Poor menyatakan Indonesia berperingkat BB, juga dengan prospek positif. Investment grade artinya Indonesia menjadi negara yang direkomendasikan sebagai tujuan investasi.
Meski demikian, risiko masih datang dari kondisi politik Indonesia. Oposisi dari mitra koalisi pemerintah dinilai dapat mempeerlambat upaya pemerintah melakukan reformasi ekonomi. "Meskipun sampai saat ini belum berpengaruh pada prospek ekonomi jangka pendek," kata Aninda. Campur tangan politik maupun tata pemerintahan yang buruk dalam pengawasan perbankan dinilai dapat menambah risiko guncangan pada sektor riil.
FAMEGA SYAVIRA