TEMPO Interaktif, Subang - Kawasan Pantai Utara dan Kota Subang jadi wilayah subur persebaran virus HIV/AIDS di wilayah itu. "Di Pantura, penularannya tinggi karena banyak warung nasi tanpa nasi (rumah bordil) dan di kota tersebar," kata Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Subang Wawan Seriawan saat dihubungi Rabu (1/12).
Menurut Wawan, warga yang tertular adalah mereka yang berperilaku seks bebas. "Dan populasinya dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Ibarat fenomena gunung es," katanya.
Hingga November, kata Wawan terdapat 350 orang yang dinyatakan positif terjangkit virus HIV, dan 180 orang diantaranya telah mengidap AIDS.Sebanyak 60 orang meninggal dunia. "Mereka tak bisa ditolong lagi," ujarnya. Wawan menyebut angka resistensi orang yang terserang HIV/AIDS saat ini mencapai 3.650 orang.
Dari angka resistensi sebanyak itu, 2.870 orang diantaranya berada di kalangan pekerja seks komersial, kaum gay sebanyak 650 orang dan 30 lainnya di komunitas waria. “Yang berprofesi sebagai PSK kebanyakan mangkal di rumah-rumah bordil sedangkan yang lelaki suka lelaki, mayoritas berada di lembaga pemasyarakatan,” kata Wawan.
Untuk mencegah agar virus mematikan dan belum ada obatnya tersebut di kawasan Pantura, Dinas Kesehatan Subang sudah mendirikan Klinik Resik. “Klinik terseut berfungsi untuk memberikan bantuan pemeriksaan kelamin, pengobatan dan konseling,” kata Wawan.
Tapi, keberadaan klinik tersebut, kini, kurang optimal akibat yayasan pendampingnya yakni Family Health International yang berbasis di Amerika, sejak 2006 sudah tidak lagi memberikan bantuan apa-apa. “Jadi sekarang mandiri, tapi, serba kekurangan,” kata Wawan.
NANANG SUTISNA