Tender ini dilakukan untuk menentukan operator jembatan yang menghubungkan Surabaya dan Madura selama lima tahun ke depan. Dia mengakui, pihaknya belum mengumumkan secara resmi untuk melelang kembali operator Jembatan Suramadu tersebut. Sebab, terdapat beberapa kendala diantaranya kesiapan dari Badan Pengembangan Wilayah Suramadu (BPWS). Saat ini, menurutnya, BPWS perlu membentuk Badan Layanan Umum (BLU) untuk mengelola pendapatan dari Jembatan Suramadu. "Intinya kami akan melakukan lelang terus," ujar dia.
Ghani menjelaskan, pelelangan akan bersifat transparan dan terbuka karena sesuai dengan Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan dan Peraturan Pemerintag Nomor 15 Tahun 2005 tentang Jalan Tol. Selama masa transisi, operator dipegang oleh pemenang tender yakni PT Jasa Marga Tbk.
Selain Jasa Marga, tiga perusahaan yang juga mengikuti tender sebelumnya, antara lain PT Citra Marga Surabaya, PT Nusantara Infrastruktur, dan PT Marga Bumi Matra.
Selanjutnya, pihak Bina Marga juga tengah menyusun data untuk mempersiapkan gedung monitoring Suramadu. "Nantinya, Suramadu bakal dipasangi sensor, baik sensor gerak maupun sensor angin," jelasnya.
Menurut dia, pemenang tender harus memenuhi persyaratan diantaranya melakukan pemeliharaan serta pengoperasian di sepanjang Jembatan Suramadu termasuk lajur sepeda motor, pengumpulan tol dengan sistem transaksi terbuka, penyetoran pendapatan tol, pemeliharaan rutin causeway sisi Madura dan Surabaya, pemeliharaan rutin bentang utama, penyediaan listrik, penyediaan kantor pengelola tol, penyediaan gerbang tol permanen, tempat istirahat, penyediaan gedung sistem monitoring, serta penyediaan gedung museum Jembatan Suramadu.
Untuk lingkup yang terakhir, menurut Ghani, pihaknya sedang menyiapkan desain untuk penyediaan gedung museum. Ghani mengatakan, gedung tersebut akan menyajikan replika dari Suramadu, peninggalan sekitar Suramadu, serta alat-alat berat yang sebelumnya digunakan untuk pengerjaan Suramadu.
Menurut Direktur Operasional PT Jasa Marga Tbk Adityawarman, hinggak Oktober 2010, pihaknya telah menyetorkan pendapatan sebesar Rp 216,47 miliar kepada pemerintah melalui Satuan Kerja PNBP Balai V Surabaya. Sedangkan pendapatan rata-rata yang diterima Jasa Marga per harinya sekitar Rp 500 juta.
Dia menjelaskan, pendapatan itu diperoleh dari hasil pengelolaan atau transaksi jalan tol dengan trafik lalu lintas rata-rata 42.500 kendaraan yang melintas. "Trafik dari dua gerbang, di Surabaya sekitar 22 ribu kendaraan, sedangkan di Madura sekitar 21 ribu kendaraan," ujar dia. Menurut data Jasa Marga, setiap harinya, sekitar 70 persen dari kendaraan yang lewat merupakan sepeda motor, sementara sisanya 30 persen ada kendaraan roda empat.
Adityawarman mengatakan, nilai kontrak selama 18 bulan menjadi operator Suramadu sebanyak Rp 10,89 miliar. Saat ini pihaknya masih rampungnya administrasi pencairan dana.
Dia pun mengatakan Jasa Marga telah siap dan mampu bersaing untuk mengikuti tender selanjutnya. Untuk itu, pihaknya akan menyiapkan dokumen untuk memenuhi persyaratan yang diajukan BPJT. "Kami akan memenuhi dokumen yang diminta dan itu akan lebih detail dari yang disiapkan lawan kami," tuturnya.
Jembatan Suramadu dibangun sejak 2003 dan rampung pada Juni 2009. Jembatan itu memiliki panjang 5,438 kilometer dan lebar jembatan 2x15 meter. Jembatan digunakan untuk lajur mobil dengan lebar 2x2x3,5 meter, lajur darurat 2x2,5 meter, dan lajur motor 2x3,05 meter.
SUTJI DECILYA