Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Mahadaya Tenun Indonesia Timur  

image-gnews
Tenun ikat khas Nusatenggara Timur pada Gelar Kain Khas Nusantara. TEMPO/Prima Mulia
Tenun ikat khas Nusatenggara Timur pada Gelar Kain Khas Nusantara. TEMPO/Prima Mulia
Iklan
TEMPO Interaktif, Jakarta -Selembar kain tenun bukanlah benda mati. Demikian perempuan Nusa Tenggara Timur memaknai kain tenun, yang menjadi kebanggaan mereka. Itu bukan sekadar warisan tradisi, tapi juga memiliki jiwa dan cerita, bahkan sejarah kehidupan.

Proses pembuatan selembar tenun pun bukan dibuat asal. Ada makna dan cerita. Misalkan seorang ibu yang menenun kain penuh perasaan kala menunggu proses kelahiran si jabang bayi. Atau beberapa remaja putri yang akan menikah membuat tenun saat dipingit. Tenun dipakai sebagai maskawin pernikahan, proses kelahiran, simbol pesta panen, dan mengiringi prosesi kematian.

Tenun juga dipakai sebagai pakaian sehari-hari, menjadi alat tukar-menukar, atau sebagai pembeda strata seseorang. Selembar tenun yang bernilai bahkan bisa ditukar dengan seekor kerbau.

Tenun sebagai identitas yang melekat kuat dalam kehidupan perempuan di sini. Setiap tenun memiliki nilai sejarah, perlambang inspiratif, apresiasi emosional, sekaligus mengandung nilai ritual. Di rumah panggung milik mereka, alat tenun diletakkan bersebelahan dengan dapur dan kandang binatang. Ketika tugas rumah tangga selesai, mereka mengerjakan tenun untuk mengisi waktu dan menabung untuk masa depan.

Dibandingkan dengan batik dan songket, pamor kain tenun masih jauh tertinggal. Warisan dan bagian hidup perempuan wilayah Indonesia timur ini seolah tertutup oleh tingginya angka kemiskinan. Padahal kain tenunan bernilai dan memiliki potensi ekonomi besar.

Dari ragam hiasnya, tenun memiliki ratusan motif. "Dua desa yang letaknya bersebelahan bisa memiliki variasi tenun dengan ragam hias berbeda," kata Stephanus Hamy, perancang busana yang rutin mengangkat keindahan kain Nusantara.

Selama delapan tahun Hamy--demikian ia bisa disapa--menjelajahi pelosok kawasan ini untuk berburu tenun. "Saya terpukau oleh keindahan mahadaya tenun ini. Setiap tenun memiliki ciri khas personal meski dibuat oleh orang yang sama. Hasilnya akan berbeda, sebab mood (suasana hati) berpengaruh saat membuat. Tidak ada tenun yang sama persis satu sama lain," ujarnya beberapa waktu yang lalu saat ditemui di Mal Pacific Place.

Karena itu, tak mudah bagi Hamy menggunting tenun ini. Terutama yang dibuat dari gedog. "Teknik gedog hanya dikuasai segelintir orang, membutuhkan waktu yang lebih lama dan memiliki cerita yang lebih personal," ujarnya. Sedangkan untuk tenun dari ATBM (alat tenun bukan mesin), ia bisa lebih "tega" mengguntingnya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Di studionya, Hamy memiliki beberapa koleksi tenun NTT yang paling unik. "Salah satunya tenun yang punya motif berlubang." Dia pernah memesan ulang tenun jenis ini kepada keluarga yang menjual. Namun pesanan itu ditolak. Menurut penjualnya, tenun ini dibuat sang nenek yang telah meninggal. Tak ada anggota keluarga lain yang bisa membuat tenun seperti itu. "Tenun memiliki hitungan tersendiri." Hamy menyayangkan tak adanya perempuan di NTT yang mencatat "rumus-rumus" tenun di kertas sehingga bisa diajarkan secara turun-temurun. Mereka hanya mengingatnya di kepala.

Jadi, ketika si "penemu rumus"-nya meninggal, hilanglah ilmu "hitungan" tenun yang unik itu. "Ini bukan hanya sekali, tapi sering terjadi," ujarnya. Kurangnya konsistensi para perajin tenun menjadi faktor utama sulitnya mengangkat tenun ke panggung mode. Beberapa kali Hamy pernah kembali dari NTT dengan tangan hampa. "Saya memesan tenun yang disanggupi untuk selesai dalam 6 bulan. Namun 6 bulan kemudian, benangnya saja belum bergeser dari tempatnya." Menurut dia, perempuan di sini masih menenun berdasarkan perasaan, sehingga kesulitan bersikap konsisten memenuhi pesanan. Selain itu, mereka belum menyadari adanya potensi ekonomi yang tinggi melalui tenun.

Oscar Lawalata membenarkan kondisi ini. "Konsistensi mereka (para perajin tenun) memang masih rendah." katanya. Sejak lama Oscar bercita-cita mengangkat khazanah budaya Nusantara dalam karya-karyanya, termasuk tenun wilayah ini. Secara jujur, ia terpikat oleh keindahan tenunnya, selain ingin mengangkat warga dari jurang kemiskinan. "Mahadaya tenun ini sangat luar biasa, tapi kita mesti berjuang ekstrakeras untuk menyajikan lebih baik lagi."

Kendati kesulitan mendapatkan kain tenun yang tipis, toh tidak menyurutkan semangat Oscar. Bekerja sama dengan Laura Miles, perancang tekstil asal Inggris, dia membiayai proyek tenun NTT yang diberi nama "Weaving the Future".

Setelah pergi ke Kupang untuk menengok sentra tenun setempat, ternyata mereka mendapati kain tradisional yang lama lebih halus dan tipis. Namun kain itu tak lagi diproduksi lantaran pengerjaannya membutuhkan waktu lebih lama. Akhirnya, setelah Oscar menjanjikan harga lebih tinggi, para perajin itu membuat tenun halus dan tipis. Sekarang, dia juga melakukan eksperimen tenun di pabrik tenun sutra Garut. Meski baru tahap awal, Oscar optimistis tenun bisa menembus pasar internasional. "Tugas saya sebagai perancang adalah mendekatkan karya ini kepada masyarakat," ujarnya.

Dari wilayah setempat, ada Dorce Lussi, perempuan Ndao yang membuka sentra tenun Ina Ndao di Kupang. Perjuangan Dorce dalam membangun sentra tenunnya tak sia-sia. Kini ia bisa menghasilkan omzet Rp 50 juta per bulan dan memiliki 1.780 mitra binaan. AMANDRA MUSTIKA MEGARANI

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Tampil Kasual dengan Baju Flanel

4 hari lalu

Tampil Kasual dengan Baju Flanel

Baju flanel dapat dibeli baik di toko fisik ataupun toko online seperti Shopee


Gaya Fesyen Boho Chic Jika Memenuhi 3 Aspek Ini

12 hari lalu

Seorang gadis dengan blus ala boho chic menghadiri Coachella Valley Music & Arts Festival 2016, di Indio, California.  Matt Cowan/Getty Images for Coachella
Gaya Fesyen Boho Chic Jika Memenuhi 3 Aspek Ini

Gaya Boho Chic pada dasarnya adalah gaya santai yang menggabungkan unsur-unsur hippie, nomaden, dan vintage. Begini lebih jelasnya.


Kolaborasi Victoria Beckham dan Mango, Apa Koleksi Terbarunya?

17 hari lalu

Victoria Beckham. Instagram.com/@victoriabeckham
Kolaborasi Victoria Beckham dan Mango, Apa Koleksi Terbarunya?

Koleksi Victoria Beckham dan Mango yang terbaru dari rangkaian kolaborasi para penggemar street fashion


Sejarah Peci Ratusan Tahun Lalu, Disebar Pedagang Hingga Populer Jadi Busana Lebaran

21 hari lalu

Terdakwa kasus pencemaran nama baik, Ahmad Dhani mengenakan peci hitam saat menjalani sidang lanjutan di PN Surabaya, Selasa, 12 Februari 2019. Saat ini Dhani sedang menjalani sidang atas kasus yang terjadi di Surabaya. ANTARA/HO/Ali Masduki
Sejarah Peci Ratusan Tahun Lalu, Disebar Pedagang Hingga Populer Jadi Busana Lebaran

Peci yang identik dengan busana lebaran telah dikenal masyarakat sejak ratusan tahun lalu.


Ramadan, Komunitas di Yogyakarta Edukasi Pecinta Fashion Rintis Karya Pemikat Wisatawan

32 hari lalu

Pegiat industri fashion di Yogyakarta mengikuti event  Ramadhan Runway 2024 yang digagas Indonesia Fashion Chamber di Yogyakarta 15-24 Maret 2024. Tempo/Pribadi Wicaksono
Ramadan, Komunitas di Yogyakarta Edukasi Pecinta Fashion Rintis Karya Pemikat Wisatawan

Komunitas Indonesia Fashion Chamber (IFC) Yogyakarta meyakini, besarnya pasar wisatawan di Yogyakarta menjadi anugerah tersendiri untuk terus menghidupkan ekonomi kreatif di Kota Gudeg.


Tiga Tips Gaya Berpakaian untuk Jurnalis ala Didiet Maulana

49 hari lalu

Desainer, pengusaha, dan direktur kreatif IKAT Indonesia, Didiet Maulana/Foto: Doc. Pribadi
Tiga Tips Gaya Berpakaian untuk Jurnalis ala Didiet Maulana

Didiet Maulana, Direktur Kreatif Ikat Indonesia memberikan tips padupadankan gaya berpakaian ala jurnalis.


IDFES2024: Revolusi Fashion Lokal

6 Februari 2024

Revolusi Fashion Lokal dalam Indonesia Fashion Ecosystem Summit  (IDFES 2024)
IDFES2024: Revolusi Fashion Lokal

IDFES 2024 yang pertama di Indonesia ini bertema "Revolusi Fashion Lokal" yang akan menjadi creative hub untuk mendorong inspirasi.


Anies Baswedan Konsisten Tampil dengan Busana Formal di Debat Capres, Pengamat Mode Sebut Kode Ini

5 Februari 2024

Anies Baswedan Konsisten Tampil dengan Busana Formal di Debat Capres, Pengamat Mode Sebut Kode Ini

Anies Baswedan kembali tampil konsisten dengan gaya formal hingga debat capres kelima yang diadakan KPU. Pengamat mode kaitkan dengan kode.


Tampil Paling Formal, Anies-Cak Imin Kenakan Jas Hitam di Debat Capres Kelima

4 Februari 2024

Pasangan Capres-Cawapres no urut 01, Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar tiba dalam debat capres terakhir di JCC, Minggu, 4 Februari 2024. Cuplikan YouTube KPU
Tampil Paling Formal, Anies-Cak Imin Kenakan Jas Hitam di Debat Capres Kelima

Pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden nomor urut satu Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar (AMIN), tampil paling formal pada debat capres kelima.


Gaya Ganjar-Mahfud dengan Jaket Varsity di Debat Capres Kelima

4 Februari 2024

Pasangan Capres-Cawapres no urut 03,  Ganjar Pranowo-Mahfud MD tiba dalam debat capres terakhir di JCC, Minggu, 4 Februari 2024. Cuplikan YouTube KPU
Gaya Ganjar-Mahfud dengan Jaket Varsity di Debat Capres Kelima

Ganjar Pranowo dan Mahfud Md memutuskan untuk mengenakan jaket universitas alias jaket varsity dalam debat capres kelima.