Berdasarkan data Kementerian Perikanan dan Kelautan Republik Indonesia pada 2009, ekspor udang Indonesia mencapai 240.250 ton atau 27,29 persen dari ekspor perikanan yang mencapai 881.413 ton. Total nilai ekspor udang ini mencapai US$ 1,576 miliar. Pada 2014, Indonesia diharapkan menjadi produsen dan pengekspor udang terbesar di dunia.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mendukung sepenuhnya visi Kementerian Perikanan dan Kelautan ini. Menurut Yudhoyono, Indonesia akan menjadi bangsa yang merugi jika sektor perikanan tidak terkelola dengan baik. Dengan wilayah yang sebagian besar terdiri dari perairan, sudah seharusnya Indonesia unggul dalam sektor produksi udang.
“Saatnya mendayagunakan sektor kelautan untuk kesejahteraan ekonomi,” kata Yudhoyono saat meresmikan Balai Produksi Induk Udang Unggul dan Kekerangan di Karangasem, Bali, Senin (6/12).
Yudhoyono menyatakan, potensi yang besar dari sektor kelautan jangan disia-siakan. “Kebijakan ini untuk kepentingan ekonomi domestik dan agar masyarakat bisa mengkonsumsi makanan yang lebih bergizi,” katanya saat memberi sambutan.
Hanya saja, menurut Menteri Perikanan dan Kelautan Fadel Muhammad, usaha peningkatan produksi udang ini terkendala dari sediaan induk yang sebagian besar masih diimpor dari Hawaii dan Florida. “Untuk mencapai produksi 340 ribu ton saja, tahun depan dibutuhkan induk udang sebanyak 680 ribu ekor,” ujar Fadel..
Untuk memenuhi kebutuhan induk udang itu, kata Fadel, pemerintah mendirikan balai pembenihan induk udang di Karangasem, Bali. “Balai ini merupakan pembibitan terbesar di dunia dengan produksi mencapai 675.000 ekor setiap tahun,” Fadel menjelaskan.
Selama ini, dengan mengandalkan pasokan induk udang impor, produksi udang Indonesia tidak bisa diprediksi karena sangat tergantung dengan pasokan luar negeri. Selain permasalahan pasokan, harga udang impor juga masih relative mahal, yakni US$ 35-40 per ekor. Untuk itu, Fadel berharap balai pembenihan ini bisa menekan biaya produksi usaha pembenihan dan budidaya udang vaname.
WAYAN AGUS PURNOMO