"Diperkirakan impor gula ini akan mulai masuk Januari sampai pertengahan April 2011. Namun setidaknya menunggu harga dunia turun menyamai harga lelang dalam negeri yaitu sekitar Rp 9.300-Rp 9.500,” kata Deddy kepada Tempo, Selasa (7/12). Oleh sebab itu, Perum Bulog meminta pemerintah menanggung bea masuk impor gula agar bisa menekan harga gula dalam negeri yang masih tinggi.
“Harga gula ini masih sangat tinggi, kemarin sempat turun namun sekarang naik lagi, impor tidak mungkin dilakukan sekarang karena harga masih selangit sekitar USD 800 per metric ton,” katanya. Jumlah tersebut merupakan harga di negara asal dan belum termasuk beban biaya pengapalan, asuransi, dan BBM.
Karena itu, Deddy menginginkan pemerintah segera mengabulkan permintaan penetapan bea masuk impor gula nol persen. "Agar harga tidak terlalu tinggi, setidaknya bea masuk menjadi beban atau ditanggung pemerintah,” katanya.
Keputusan impor ditempuh karena produksi gula nasional tahun ini jauh dari yang diperkirakan. Pada awal tahun, produksi gula diperkirakan sampai 2,7 juta ton. Namun, perkiraan saat ini, produksi gula diperkirakan hanya sampai 2.3 juta ton.
Dia menambahkan, sebagian besar volume impor gula kristal putih akan masuk dari pelabuhan-pelabuhan di luar Jawa, kecuali Riau. Sedangkan 150 ribu ton di antaranya akan masuk di pelabuhan Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Izin impor gula kristal putih diberikan kepada PT Perusahaan Nusantara IX, X dan XI; PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI); PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (PPI) dan Perum Bulog.
Impor akan dilakukan sepanjang periode 1 Januari hingga 15 April 2011. Alokasi volume impor gula kristal putih masing-masing perusahaan adalah PTPN IX sebanyak 70 ribu ton; PTPN X sebanyak 90 ribu ton; PTPN XI sebesar 90 ribu ton; PT RNI 50 ribu ton; PT PPI 90 ribu ton dan Perum Bulog 60 ribu ton.
ROSALINA