TEMPO Interaktif, Jakarta -Pelaku usaha setuju Bulog menjadi
importir tunggal gula. "Itu memang sudah menjadi wacana sejak dua
tahun lalu. Tapi tidak kunjung dilaksanakan," Kata Ketua Asosiasi
Pedagang Gula dan Terigu Indonesia Natsir Mansyur hari ini.
Sebelumnya, Dewan Perwakilan Rakyat mengusulkan agar Bulog menjadi penyangga persediaan (buffer stock) gula sekaligus sebagai
importir tunggal gula.
Selama ini, sulit memenuhi kebutuhan gula karena neraca gula tidak
pernah akurat. Padahal, neraca gula berfungsi sebagai pusat pengambilan keputusan gula. Maka, kebijakan tersebut dianggap bisa menjadi alat yang efektif untuk menstabilkan harga gula di pasar.
Sementara itu, pelaku industri pengguna gula mengingatkan pemerintah
agar wacana Bulog sebagai importir tunggal gula tidak melebar. Pelaku
industri meminta agar Bulog tidak dijadikan importir tunggal raw sugar
untuk bahan baku gula industri.
"Tapi, kalau importir tunggal untuk gula konsumsi saja saya setuju," kata Ketua Forum Industri Pengguna Gula Franky Sibarani. Dia khawatir, akan akan terjadi monopoli yang akan mengakibatkan harga gula semakin tidak transparan.
Selain itu, jika Bulog menjadi importir tunggal, maka
rantai distribusi gula ke industri semakin panjang dan menimbulkan ekonomi biaya tinggi," ujarnya.
Forum Industri Pengguna Gula meminta pemerintah bijak dalam mengambil keputusan ini. "Jangan sampai membuat kebijakan yang mengakibatkan kerugian di semua lini industri dan konsumen," kata Franky.
EKA UTAMI APRILIA