TEMPO Interaktif, Jakarta - Harga minyak dunia melonjak hingga menembus US$ 89 per barel pada perdagangan hari ini di Asia. Kenaikan harga minyak ini bersamaan dengan momentum pelemahan nilai mata uang dolar Amerika. Sehingga membuat harga minyak mentah lebih murah bagi investor di negara dengan mata uang selain dolar.
Harga patokan minyak bumi untuk Januari telah naik sebanyak US$ 94 sen, hingga mencapai US$ 89,22 per barel dalam perdagangan di Bursa Efek dan Perdagangan New York pada Rabu waktu setempat.
Sebelumnya, harga minyak bumi kokoh di bawah US$ 80 per barel.
Para pedagang memikirkan berapa banyak permintaan minyak mentah dunia bisa tumbuh pada tahun 2011. Karena, dengan ketidakhadiran katalisator kuat di pasar minyak, harga minyak mentah sering mengikuti pergerakan nilai mata uang dan bursa saham.
Di sisi lain, mata uang Euro telah mengalami apresiasi dari 1,3310 dolar per euro, dari 1,3261 dolar per 1 euro pada Rabu. Sedangkan, di waktu yang sama pula, dolar malah mengalami depresiasi terhadap yen, yakni di 83,80 yen per dolar dari 84 yen per dolar.
Beberapa analis memperkirakan, konsumsi minyak mentah yang tak menentu di Asia dan beberapa negara lainnya akan terus berlanjut dan menaikkan permintaan dunia tahun depan. Menurut konsultan Wood Mackenzie, kenaikan konsumsi minyak dunia telah tercatat sebesar 86,7 juta barel per hari di kuartal ketiga, dan sepertinya akan terus meningkat hingga 88,1 juta pada 2011.
Wood melanjutkan, dari total konsumsi tersebut, sebanyak 85 persen pertumbuhan permintaan minyak dunia, yakni sebesar 2,5 juta barel per hari datang dari negara berkembang. Sehingga pada 2011-2012, diperkirakan permintaan dari negara berkembang bisa tumbuh hingga 80 persen.
"Anomali pasar minyak dunia ini belum pernah terjadi sebelumnya," kata Francis Osborne, salah seorang analis Wood.
FEBRIANA FIRDAUS