Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Gembul Karena tanpa Pantangan

image-gnews
TEMPO/Budi Yanto
TEMPO/Budi Yanto
Iklan
TEMPO Interaktif, Dalam sebuah resepsi perkawinan di sebuah hotel di Jalan Soekarno-Hatta, Bandung, Sabtu pekan lalu, seorang bocah berusia 3 tahun tampak asyik melahap setiap menu yang disodorkan sang ibu muda. Dari sup zupa-zupa, sate ayam, salad, hingga irisan buah-buahan. "Aduh, gembul sekali. Seneng deh lihat kamu suka semua makanan. Dikasih vitamin apa?" komentar seorang perempuan paruh baya. 

Si bocah cuma nyengir. Dia tetap asyik melahap irisan melon dan semangka. Sementara itu, sang ibu, yang mengenakan blus batik berwarna krem, tampak tersenyum bangga. "Dia mah segala makanan masuk. Soalnya waktu hamil aku juga enggak pantangan," ujarnya kemudian. 

Ibu muda yang cuma disapa "Neng" itu membandingkan dengan putri sulungnya yang berusia 5 tahun. "Kalau dia mah pilih-pilih. Kesukaannya ikan dan ayam bakar. Kalau sayuran, buah, wah susah deh," ujarnya. Pilih-pilih makanan itu seperti dialami sang ibu ketika mengandung anak pertamanya tersebut.

Benarkah selera makanan ibu saat hamil sangat berpengaruh pada kesukaan anak di kemudian hari? 

Dokter spesialis anak Susy Wihadi membenarkan kemungkinan itu. Sebab, menurut sebuah penelitian, janin dalam kandungan sudah bisa mengenal dan belajar tentang rasa. Karena itu, apa saja jenis makanan yang digemari oleh ibu saat hamil cenderung akan diikuti oleh anak di kemudian hari. 

"Itu memang demikian, ya, cuma saya tak ingat referensi penelitian yang pernah saya baca tentang kasus semacam ini," kata dokter yang berpraktek di Rumah Sakit Mitra Keluarga, Depok, ini. 

Meski selera makan anak dipengaruhi selera sang ibu, lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran itu melanjutkan, selera anak tetap harus dijaga sejak dini. Bahkan sejak dini pula anak harus diperkenalkan dengan berbagai makanan yang sehat. "Pada usia 2-3 tahun, anak sangat mungkin masih terpengaruh oleh selera makan si ibu saat hamil. Tapi, jika tak di-maintain, sangat mungkin pula seleranya akan berubah. Itu alami sekali," kata Susy. 

Tim peneliti dari University of Colorado memperkuat pendapat dokter Susy. Menurut Dr Josephine Todrank, pengaruh selera makan anak tidak hanya terjadi secara psikologis pada anak. Lebih dari itu, selera makan yang sama dengan ibunya saat hamil terjadi karena perkembangan otak anak juga terpengaruh.

Ia menyebut olfactory glomeruli sebagai bagian otak anak yang terkena dampak dari selera makan ibu saat hamil. Olfactory glomeruli bertanggung jawab memproses bau-bau makanan, lalu mengaktifkan sistem tertentu sebagai isyarat untuk membangkitkan nafsu makan. Penelitian yang dimuat dalam jurnal Proceedings of the Royal Society B tersebut dikutip Daily Mail pada Senin lalu. 

Hasil penelitian ini akan memberikan dampak besar bagi kesehatan ibu dan anak. Berbagai penyakit kronis pada zaman sekarang sebagian besar dipengaruhi oleh faktor makanan dan gaya hidup, seperti diabetes dan tekanan darah tinggi. 

"Tapi apakah dampak selera ibu saat hamil bersifat permanen dan jangka panjang atau tidak, kami masih perlu meneliti lebih lanjut," kata Todrank. 

Studi lain dilakukan Monell Chemical Senses Center di Philadelphia 10 tahun lalu. Studi ini menunjukkan, wanita mampu menularkan pilihan makanan yang disukainya kepada anak-anak, baik yang masih berada di dalam kandungan maupun yang sedang menyusu. Kondisi ini membuat anak cenderung memilih makanan tertentu. 

Tim peneliti membagi tiga kelompok ibu hamil yang masing-masing mengkonsumsi jenis makanan berbeda selama tiga bulan terakhir masa kehamilan. Ada yang diminta meminum jus wortel dan air putih selama menyusui, hanya minum air, serta meminum air pada tiga bulan pertama kehamilan dan jus wortel selama menyusui. 

Setelah anak-anak para ibu itu lahir, peneliti memberikan dua ramuan sereal, satu dibuat dengan jus wortel dan satu lagi dengan air putih. Peneliti memonitor dan mengukur berapa banyak sereal yang dikonsumsi bayi dan merekam reaksi mereka. Bayi yang "menikmati" jus wortel saat menyusu atau saat masih berada dalam kandungan memakan lebih banyak sereal dengan rasa wortel ketimbang bayi yang tidak merasakan jus wortel saat masih di dalam kandungan atau menyusu. 

Ketika para peneliti memperhatikan ekspresi para bayi, bayi yang hanya mengkonsumsi air putih selama penelitian berlangsung menampilkan ekspresi negatif saat diberi makan sereal rasa wortel. Adapun bayi yang sudah mengenal rasa wortel akan menampilkan ekspresi seperti biasanya. 

Sudrajat | divinecaroline.com 


Iklan

Berita Selanjutnya



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Mengenal Dampak Buruk Kecanduan Menonton TV Digital Bagi Balita

6 November 2022

Wanita paruh baya atau emak-emak tampak di video sedang terbawa emosi saat menonton televisi.
Mengenal Dampak Buruk Kecanduan Menonton TV Digital Bagi Balita

Televisi telah menjadi hiburan bagi kebanyakan manusia modern. Bagi balita, dampak buruk apa yang bisa ditimbulkan dari menonton TV Digital ?


8 Gejala Autisme yang Tercermin dari Perilaku Bayi

3 April 2019

Ilustrasi terapi untuk anak/autisme. Shutterstock
8 Gejala Autisme yang Tercermin dari Perilaku Bayi

Autisme bukan kelainan, melainkan keterbatasan seseorang dalam berkomunikasi dan bersosialisasi.


Perubahan Iklim Mempengaruhi Kesehatan Jantung Bayi

4 Februari 2019

Ilustrasi bayi. Pixabay.com
Perubahan Iklim Mempengaruhi Kesehatan Jantung Bayi

Sebuah studi terbaru menunjukkan bahwa bayi yang baru lahir rentan alami gangguan kesehatan jantung akibat perubahan iklim


Kembangkan Kemampuan Bicara Anak Melalui Gerak Ritmis

24 Januari 2019

Ilustrasi ayah dan ibu mengobrol dengan balita. shutterstock.com
Kembangkan Kemampuan Bicara Anak Melalui Gerak Ritmis

Gerakan ritmis pada anak bisa membantu mengembangkan kemampuan berbicara pada anak usia dini.


Bayi Gumoh Berlebihan, Jangan Sepelekan, Segera Periksa ke Dokter

15 November 2018

Bayi Gumoh. youtube.com
Bayi Gumoh Berlebihan, Jangan Sepelekan, Segera Periksa ke Dokter

Salah satu gangguan pencernaan yang sering terjadi pada bayi usia 0-12 bulan adalah gumoh. Gumoh bukan muntah yang diawali mual dan penuh di perut.


Anak Belum Bisa Berenang, Kenalkan Dulu Akuarobik

11 November 2018

Anggota WET Indonesia memperagakan gerakan akuarobik menggunakan pelampung yang dinamakan noodle. TEMPO | Dwi Nur Santi
Anak Belum Bisa Berenang, Kenalkan Dulu Akuarobik

Ketimbang memaksakan anak belajar berenang, ada baiknya orang tua memperkenalkan anak pada olahraga akuarobik atau aerobik air.


Tanda Bayi Memiliki Kulit Sensitif atau Tidak, Perhatikan Pipinya

6 November 2018

ilustrasi telinga bayi (pixabay.com)
Tanda Bayi Memiliki Kulit Sensitif atau Tidak, Perhatikan Pipinya

Banyak ibu mengira kulit bayi menjadi sensitif jika terkena air susu ibu atau ASI saat menyusui, terutama di daerah pipi


Ibu, Jangan Lupa Berikan Anak Imunisasi demi Kesehatannya

1 November 2018

Ilustrasi Imunisasi. TEMPO/Fully Syafi
Ibu, Jangan Lupa Berikan Anak Imunisasi demi Kesehatannya

Imunisasi adalah prosedur penting untuk mencegah anak terkena infeksi penyakit sejak usia dini.


Bayi Poppy Bunga Terkena Infeksi Usus, Apa Gejalanya

19 Oktober 2018

Poppy Bunga usai melahirkan anak keduanya. (Seno/Tabloidbintang.com)
Bayi Poppy Bunga Terkena Infeksi Usus, Apa Gejalanya

Poppy Bunga menceritakan infeksi usus yang terjadi kepada anak keduanya saat berusia 2 minggu, dan baru ketahuan di usia 1,5 bulan.


Bayi di NTT Rajin Minum Susu tapi Stunting Tinggi, Ada yang Salah

17 Oktober 2018

ilustrasi susu (pixabay.com)
Bayi di NTT Rajin Minum Susu tapi Stunting Tinggi, Ada yang Salah

Kontroversi susu kenal manis, apakah termasuk produk susu atau bukan memiliki implikasi yang panjang sampai ke masalah stunting.