Menurut dia, hasil produksi pengusaha untuk tahun ini diperkirakan hanya dapat memenuhi kebutuhan minyak akar wangi sebanyak 50 ton saja. Hasil produksi itu berasal dari 30 pengusaha yang tersebar di Kecamatan Samarang, Leles, Bayongbong, dan Kecamatan Cilawu. Jumlah ini miningkat sekitar 10 ton dari tahun sebelumnya yang hanya mampu memproduksi sebanyak 40 ton.
Minyak akar wangi asal Garut ini sepenuhnya untuk di ekspor ke sejumlah negara Eropah, di antaranya Prancis, Italia dan Belanda. “Pesanan terbaru sekarang datang dari India dengan kebutuhannya mencapai ratusan ton,” ujar Ede.
Meningkatnya permintaan ini, tambah Ede, diakibatkan menurunnya pasokan minyak akar wangi dari Haiti setelah diguncang bencana tsunami beberapa waktu lalu. Selain itu juga kualitas minyak akar wangi asal Indonesia ini tidak kalah bersaing dengan negara lain. Minyak akar wangi ini biasa digunakan untuk bahan dasar parfum dan kosmetik.
Harga jual minyak akar wangi ini Rp 1.100.000 per kilogram. Harga ini meningkat dari tahun sebelumnya yang hanya dihargai Rp 800.000 per kilogramnya. Namun meski begitu harga jual Indonesia belum bisa menyamai harga minyak akar wangi asal Haiti yang mencapai Rp1,8 juta per kilogramnya. “Kualitas minyak kita masih rendah kalah sama Haiti,” ujarnya.
Ede manambahkan, rendahnya kualitas dan pasokan minyak akar wangi dari Indonesia ini diakibatkan beberapa faktor. Di antaranya faktor proses produksi dan kebutuhan bahan baku yang masih kurang. Dalam hal produksi, para pengusaha masih menggunakan alat penyulingan tradisonal dengan cara dikukus, sehingga tidak dapat menghasilkan kuantitas dan kualitas minyak yang maksimal. Sedangkan untuk kebutuhan bahan baku hanya tersedia sekitar 1.500 ton dari luas lahan sekitar 1.700 hektar.
Karena itu, untuk meningkatkan hasil produksi, para pengusaha meminta pemerintah untuk membantu pengadaan tambahan bahan baku dengan memperluas lahan tanam. Selain itu juga bantuan permodalan bagi pengusaha untuk pengadaan mesin penyulingan.
Pelaksana tugas Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Garut, Cucu Hidayat, mengaku pihaknya terus melakukan pengembangan usaha minyak akar wangi ini. Bahkan pada tahun 2010 ini, Garut dijadikan sebagai daerah percontohan oleh pemerintah pusat dalam program pengembangan minyak akar wangi.
Bantuan yang diberikan kepada pengusaha untuk program tersebut dia ntaranya pembuatan pabrik seluas 1.000 meter dengan nilai sekitar Rp 300 juta, mesin penyuling minyak dari pemerintah pusat berupa satu unit mesin boiler dengan kapasitar uap 2.500 kilogram senilai Rp1,4 miliar dan ketel sebanyak 10 unit dari koperasi pengusaha senilai Rp 1 miliar serta pengadaan lahan tanam seluas 3.500 meter dari pemerintah daerah. “Pabrik ini diharapkan bisa beroperasi tahun depan,” ujar Cucu.
Dia berharap dengan bertambahnya pabrik ini dapat mendorong hasil produksi minyak akar wangi Indonesia asal Garut. Target produksi untuk tahun 2011 diperkirakan mencapai 80 ton. Selain itu, pengembangan industri minyak akar wangi juga dilakukan dengan cara memberikan pelatihan manajemen kepada pengusaha. “Kami ingin akar wangi Garut kembali berjaya,” ujar Cucu.
Sigit Zulmunir