Hanya mengenakan singlet dan leher terikat tali rafia, mereka digeret kesana kemari oleh demonstran lain yang memakai papan nama bertuliskan 'perusahaan'. Sementara itu demonstran lain memakai topeng bertuliskan 'Disnakertrans' tidak bisa berbuat apa-apa.
"Aksi ini digelar sebagai tuntutan agar kesejahteraan kami diperhatikan," ujar Hamami, koordinator pengembangan Serikat Buruh Transportasi Perjuangan Indonesia (SBTPI) ketika ditemui di tempat aksi.
Hamami menceritakan, di perusahaan PT Dianmitra Jalasindo Transport misalnya, para sopir truk hanya digaji antara Rp 80-175 ribu, dan mereka juga tidak dilindungi dengan Jamsostek.
"Memang saat narik (menyopir truk), kami diberi uang operasional. Tapi itu kan sifatnya tidak mengikat," jelas Hamami. Belum lagi, ujar Hamami menambahkan, pungutan liar yang dilakukan oknum petugas yang makin mencekik para supir.
"Kalau kita lagi untung, hanya diminta Rp 5 ribu. Tapi kadang mintanya sampai lebih dari Rp 20 ribu," ujar Hamami mengeluh.
Mengenai kesejahteraan para sopir, Hamami bercerita bahwa SBTPI pernah melakukan aksi yang resmi, namun kemudian dibubarkan secara sepihak oleh pihak perusahaan. "Sudah dilaporkan ke polisi, tapi sampai sekarang kasusnya mandeg," katanya.
Hamami mengancam, bila tuntutan para buruh tidak dilayani dengan serius, mereka akan kembali berdemo di depan istana dengan kekuatan penuh. Hamami mengklaim dapat membawa 200 truk kontainer dan sekitar 5000 anggota untuk ikut berunjuk rasa.
RATNANING ASIH