"Kejar itu Edo, karena Dirwan mengaku mentransfer uang ke Edo atas nama anak saya," ujar Arsyad yang ditemui di ruang kerjanya, lantai 12 Gedung Mahkamah Konstitusi, Jumat (17/12).
Padahal putrinya, Neshawaty mengaku tak kenal Edo. Edo datang bersama Dirwan, Arief (calon legislator Partai Demokrat asal Papua), Khairun (penghafal Al Qur'an), dan Zaimar (ipar tiri Arsyad Sanusi) ke apartemen Arsyad. Dalam pertemuan pertama tersebut, Dirwan mengeluh dizolimi atas putusan Mahkamah Konstitusi tentang sengketa pemilihan daerah.
"Putri saya memakai daster saat pertemuan pertama itu," ujar Arsyad. Cara berpakaian tersebut membuktikan bahwa Nesha memang tidak punya janji untuk menerima tamu. Karena kalau ada janji, seharusnya Nesha berpakaian yang lebih patut.
Arsyad mengaku tak tahu siapa sebenarnya Edo. "Tanya itu Zaimar, tanya itu Dirwan," katanya. Ia berharap nantinya ada kesempatan yang mempertemukan semua orang yang hadir dalam pertemuan di Apartemen Kemayoran dan restoran di Jalan Majapahit. "Biar jelas semuanya, apa benar putri saya pernah bilang minta uang" paparnya.
Ia juga membantah temuan tim investigasi yang menyebutkan uang Rp 5 juta dari Nesha ke Makhfud, panitera pengganti yang merupakan konpensasi bantuan. Makhfud, kata Arsyad, justru meminjam uang kepada putrinya. "Itu pinjaman, bukan dikasih," jelasnya. Pinjaman sebesar Rp 5 juta tersebut, langsung ditransfer ke rekening Makhfud.
Neshawaty, putri Arsyad, adalah seorang advokat. Arsyad menegaskan, putrinya belum pernah berperkara di Mahkamah Konstitusi maupun Mahkamah Agung. "Kan dia ini baru diangkat sebagai advokat," kata Arsyad.
DIANING SARI