TEMPO Interaktif, Jakarta - Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Said Aqil Siroj menyatakan, penyebab gerakan terorisme di Indonesia selama ini lebih karena kemiskinan. “Teroris itu penyebabnya kemiskinan. Merasa ditindas dan merasa didzolimi sehingga mereka membrontak dengan cara-cara kekerasan,” kata Said Aqil saat ditemui usai memberikan acara dialog Polisi dengan Ulama di Jawa Tengah yang digelar di Hotel Siliwangi Semarang, Selasa (21/12).
Menurut Said, jika selama ini disebut bahwa terorisme ada kaitannya dengan agama Islam, itu hanya sedikit saja pengaruhnya. Oleh karena itu, Said meminta semua pihak memberikan perlakuan yang mannusiawi kepada para pelaku terorisme.
Untuk mencegah terorisme, kata Said, tidak bisa diserahkan ke aparat kepolisian saja. Tugas itu harus melibatkan seluruh elemen masyarakat. Caranya, dengan memberikan pencerahan terhadap pelaku terorisme.
Untuk mencegah faham fundamentalisme agama yang menjadi bibit gerakan terorisme, Kepolisian Daerah Jawa Tengah mengumpulkan para alim ulama dan mubalig dari 35 kabupaten/kota di Jawa Tengah. Acara yang berlabel dialog tersebut digelar di Hotel Siliwangi, Semarang, Selasa (21/12).
Kepala Kepolisian Daerah Jawa Tengah Inspektur Jenderal Edward Aritonang menyatakan, Polri ingin membangun kemitraan dengan ulama. “Agar para ulama dan mubalig di Jawa Tengah menularkan pluralisme sehingga masyarakat tidak mudah terprovokasi untuk melakukan tindak kekerasan,” ujar Edward usai mengikuti acara dialog tersebut.
Selama ini, wilayah Jawa Tengah menjadi salah satu daerah yang banyak dihuni jaringan teroris. Beberapa waktu lalu, Polisi menangkap Abu Thalut di Kudus.
Said Aqil mendukung langkah Polda yang mengumpulkan para dai dan ulama. “Karena memang untuk mengatasi teroris itu pencegahannya melalui pencerahan,” katanya. Salah satu caranya adalah dengan mengajak berdiskusi para pelaku teroris, bukan dengan cara mencaci maki dan menghujat mereka.
Said Aqiel yakin jalan dialog semacam ini bisa menekan gerakan terorisme sampai sekitar 50 persen. “Kalau menghabiskan 100 persen terorisme, memang sulit,” katanya.
Rofiuddin