“Derajat perbedaan antara keduanya sangat luar biasa,” kata Alfred Roca, pemimpin studi tersebut, dari University of Illinois di Urbana-Champaign. “Gajah hutan dan savanna sama berbedanya seperti gajah Asia dan woolly mammoth.”
Roca dan timnya menemukan adanya ketidaksesuaian evolusioner itu dengan menganalisis DNA spesies gajah yang masih hidup dan dua sepupu evolusionernya yang telah punah, woolly mammoth dan mastodon. Studi yang dipublikasikan dalam jurnal PLoS Biology, pekan ini. Riset ini meneliti untaian genome inti binatang punah itu, yaitu DNA yang berada di dalam inti sel dan diwariskan oleh kedua orang tua kepada keturunannya. DNA inti sel ini berbeda dengan DNA mitokondria yang hanya diwariskan oleh perempuan.
Spesies yang dibedakan oleh habitatnya menjadi gajah hutan dan gajah padang rumput itu tampaknya telah terpisah sejak beberapa juta tahun lalu, hampir bersamaan dengan masa manusia terpisah dari simpanse. Roca memperkirakan alasan perbedaan itu kemungkinan juga sama. “Penyebab percabangan ini adalah perubahan iklim, Afrika menjadi lebih kering dan hutan semakin kecil,” kata Roca. “Ini adalah faktor yang juga memicu divergensi antara manusia dan simpanse.”
Gajah hutan lebih kecil, dan terkadang disebut sebagai gajah kerdil Afrika, dengan tinggi 2,5 meter bila dibandingkan dengan gajah savanna yang mencapai 3,5 meter. Berat gajah hutan hanya separuh gajah savanna. Gajah hutan juga mempunyai gading yang lebih lurus dan kuping berbentuk oval.
TJANDRA | LIVESCIENCE