TEMPO Interaktif, Cilegon -Memasuki libur Natal dan Tahun Baru antrean kendaraan menuju Pelabuhan Merak, Cilegon membludak. Bahkan kendaraan truk sempat mengantri hingga 16 kilometer dari pintu masuk pelabuhan.
Kepala Cabang PT Indonesia Ferry Cabang Utama Merak Teja Suparna, Jum’at (17/24) mengatakan, peningkatan kendaraan ini selain karena hari libur Perayaan Natal dan Tahun Baru juga disebabkan adanya cuaca buruk sehingga kapal mengalami silit sandar.
Teja menjelaskan, dari rata-rata kendaraan berbagai jenis yang melakukan penyeberangan pada hari biasa sebanyak 1.400 unit, namun pada musim liburan ini mencapai lebih dari 2.400 unit kendaraan. “Jumlah kendaraan sejak memasuki libur Natal dan Tahun Baru tahun ini terus mengalami peningkatan. Bahkan peningkatan mencapai hampir 100 persen,” kata Teja kepada Tempo.
Menurut Teja, kapal ro-ro yang siap dioprasikan melayani penyeberangan di Pelabuhan Merak – Bakauheni, jumlahnya 33 kapal, namun yang dioperasikan saat ini sebanyak 23 unit dengan jumlah perjalanan sebanyak 71 trip. “Kalau ada penigkatan kendaraan, trip kapal bisa ditingkatkan mencapi 90 trip,” kata Teja.
Manager Lalu Lintas dan Keselamatan PT. Marga Mandala Sakti ( MMS ) Rahmatullah menyatakan, penumpukan kendaraan sempat masuk jalan tol Jakarta-Merak, tepatnya di Km 97 tol Jakarta-Merak. Atau sekitar 14 KM dari Pelabuhan merak. “Penumpukan kendaraan yang terjadi didalam tol itu terjadi hingga delapan jam, dan baru bisa terurai mulai pukul 11.00 WIB,” katanya.
Hingga saat ini, kemacetan masih terlihat hingga fly over di Lingkungan Cikuasa, Kelurahan Gerem, Kecamatan Grogol, Kota Cilegon. Bahkan, polisi memberlakukan buka tutup untuk kendaraan yang akan masuk ke kawasan Pelabuhan Merak.
Sementara itu, Roni Saputra, 37 tahun, sopir truk yang membawa barang klontongan dari Jakarta Selatan dengan tujuan Padang mengaku kecewa, karena harus menunggu selama 20 jam di Pelabuhan Merak. “Saya datang kesini pukul 18.00 pada Rabu (21/11) namun hingga pukul 14.00 WIB hari ini, truk belum juga bisa naik ke kapal,” katanya.
Menurut Sopir yang setiap bulan tiga kali melakukan pengiriman barang ke Padang ini, adanya penumpukan kendaraan uang oprasional yang dikeluarkan membengkak. Seharusnya hanya menghabiskan Rp7,5 juta, akibat penumpukan ini harus menambah pengeluaran sebanyak Rp500 ribu. “Kami disini harus mengeluarkan uang untuk makan, ditambah lagi waktu pengiriman telat,” katanya.
WASI’UL ULUM