Iklan
TEMPO Interaktif, Jakarta - Ketua Dewan Pembina Komisi Nasional Perlindungan Anak Seto Mulyadi mengharapkan agar semua pihak tidak membawa anak ke tengah konflik. Hal itu diungkapkannya menyikapi penggembokan salah satu panti asuhan Khasanah Kautsar di Tasikmalaya oleh pihak kepolisian karena adanya ancaman dari Front Pembela Islam (FPI) pada awal Desember.
Ia akan menghubungi FPI secara langsung untuk membicarakan permasalahan ini. "Kalau nanti FPI katakan ini masalah agama, ya kami akan minta paling tidak anak-anak di sana dilindungi karena mereka juga tidak mengerti masalahnya," jelas Seto.
Selain mengkomunikasikan dengan FPI, ia juga akan menemui pihak Polres setempat. Koordinasi juga akan dilakukan dengan pemerintah daerah dan mengusulkan agar memindahkan anak-anak untuk sementara ke tempat netral. Misalnya, ke rumah perlindungan sosial anak atau mengkoordinasikan lebih lanjut dengan kementerian sosial.
Direktur SOS Children Village Indonesia Hadi Nitihardjo yang juga ikut membantu penyelesaian masalah ini, menyampaikan hal yang senada."Kita meminta untuk secepatnya gembok itu dibuka dan dicarikan solusi untuk anak-anaknya agar terhindar dari konflik," kata Hadi.
Ia menghimbau semua pihak agar konflik ini segera dibereskan dan jangan dibiarkan anak-anak terus berada di tengah konflik itu. "Yang lebih penting itu aksesibilitas anak ke pendidikan, rekreasi, dan hak lainnya harus tetap dijaga," tambah Hadi.
RIRIN AGUSTIA
Iklan
![Seorang pengunjuk rasa memegang poster selama protes menentang aksi main hakim sendiri sampai mati terhadap seorang pria Muslim Tabrez Ansari oleh gerombolan Hindu, di Kolkata, India, 26 Juni 2019. [REUTERS / Rupak De Chowdhuri]](https://statik.tempo.co/data/2019/06/27/id_851419/851419_720.jpg)
