“Selaian siklus lima tahunan, hujan disertai angin di tahun 2010 kerap terjadi. Hujan dan angin itu merontokkan bunga dan buah kopi,” kata Ketua Penelitian dan Pengembangan Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI), Lampung, Muchtar Luthfie, Selasa (28/12).
Dari data AEKI, hingga November 2010, ekspor biji kopi robusta dari Provinsi Lampung sebanyak 215 ribu ton. Sementara pada tahun 2009 lalu, ekpor kopi melalui Pelabuhan Panjang Bandar, Lampung, sebanyak 350 ribu ton. “Jika curah hujan dan angin kencang masih terjadi hingga pertengahan tahun, pada tahun 2011, ekspor kopi juga akan terpuruk dan lebih rendah dari tahun 2010,” katanya.
Selain faktor alam, saat ini para petani kopi juga mulai beralih ke tanaman coklat atau kakao yang dinilai lebih menguntungkan. Meski begitu, AEKI belum memiliki data luas kebun kopi yang telah beralih menjadi kebun kakao. “Tapi jika tidak diperhatikan serius, lahan kopi akan tergerus. Tanaman kopi dan coklat tidak bisa bersanding dalam satu lahan. Hasilnya akan buruk,” katanya.
Sementara itu, ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia Lampung, Yusuf Kohar, mengatakan, pemerintah Lampung dan AEKI harus bekerjasama menyelematkan industri kopi. Kopi asal Lampung hingga saat ini masih menjadi primadona di Eropa, Amerika, dan Jepang. “Kualitas kopi kita, baik diminum secara murni atau pun dicampur dengan kopi arabika, sangat bagus. Cita rasa dan aromanya khas dibanding kopi asal Vietnam,” katanya.
Yusuf yang juga salah seorang ekportir kopi ini menambahkan, AEKI harus melakukan pembinaan terhadap petani sehingga kualitas dan hasil panen kopi meningkat. Saat ini perilaku petani kopi Lampung dalam menangani pasca panen masih terlihat asal-asalan.
“AEKI bisa menggunakan dana potongan Rp. 30 per kilogram dari kopi yang diekspor. Penggunaan dana itu semestinya untuk menjaga keberlangsungan produksi kopi,” tegas dia.
Harga kopi juga menjadi faktor lain kelesuan petani untuk menanam kopi. Harga kopi yang ditentukan bursa London sulit ditebak. “Harga lebih banyak ditentukan oleh mereka yang tidak punya kopi, tapi justru mereka yang menikmati (bisnis) kopi,” katanya.
Saat ini harga kopi di bursa London US$ 1.997 per ton. Sementara di tingkat petani harga kopi sebenarnya sedang bagus, yaitu Rp. 16 ribu per kilogram. “Cuma barangnya sedang tidak ada. Saat ini baru masuk musim berbunga,” katanya.
NUROCHMAN ARRAZIE