TEMPO Interaktif, Jakarta - Perceraian itu pahit. Perceraian itu mengejutkan. Terutama untuk pihak yang tak mengerti kenapa tiba-tiba pasangannya mengajukan proses ini. Kadang pasangan yang akhirnya memutuskan untuk bercerai tidak sadar bahwa, lampu kuning perceraian sudah menyala sejak berbulan-bulan lalu, atau bahkan bertahun-tahun lalu. Namun sebenarnya ada beberapa sebab umum terjadinya perceraian -- yang sebagian nyata terlihat sebagian lagi selamanya jadi misteri. Berikut 10 diantaranya:
1. Salah manajemen keuangan.
Akan jadi masalah jika ketika masalah itu terjadi, ada pihak yang tak mau bertanggungjawab akan kesulitan itu. Penggunakan kartu kredit melewati batas, kredit-kredit dan pembelian barang-barang yang tidak perlu, bisa jadi sumber ketegangan yang tak berujung.
2. Kecanduan.
Mulai dari narkoba, alkohol hingga judi bisa jadi sumber ketegangan dalam rumah tangga. Kecanduan bisa menjauhkan suami atau istri dari pasangannya, mengakibatkan kesulitan keuangan hingga akumulasi masalah yang berujung pada perceraian.
3. Masalah emosional dan psikologis yang tak tertangani.
Manusia bisa berubah. Suami atau istri yang tadinya lembut, penuh cinta dan perhatian bisa berubah menjadi kejam, kasar dan pemarah, saat periode bulan madu telah berakhir. Ini biasanya adalah akibat masalah psikologis di masa kecil yang belum terselesaikan saat memasuki jenjang pernikahan.
4. Kegagalan komunikasi
Kadang ada suami atau istri yang menuntut terlalu banyak pada pasangannya. Berharap pasangannya memahami dan memenuhi kebutuhan mau mereka tanpa harus bicara. Padahal untuk kesuksesan sebuah perkawinan, komunikasi yang efektif adalah kunci penting.
5. Ketidaksetiaan
Meski bisa jadi perselingkuhan cuma buah dari masalah lain, namun perilaku membagi cinta, pikiran dan tubuh dengan pihak ketiga bisa menjadi bom dalam perkawinan. Setelah berbulan-bulan, bertahun-tahun kemudian, setelah banyak konseling, permohonan maaf, penebusan lewat jalan spiritual, banyak pasangan akhirnya menyerah oleh konsekuensi dari ketidaksetiaan.
6. Perubahan penampilan fisik.
Dunia modern lewat berbagai iklan komersial mengajarkan tentang bagaimana orang seharusnya berpenampilan ideal : muda, canggih, kaya, seksi, langsing berkulit putih. Bila tak disadari pasangan, ini bisa mengguncang perkawinan juga. Terutama jika tak disadari pasangan. Perempuan misalnya, pada umumnya akan bertambah berat badan setelah melahirkan. Penampilan priapun bisa berubah seiring bertambah usia. Waspadalah jika salah satu pihak mulai terlalu rewel akan hal-hal yang bersifat fisik seperti ini.
7. Perbedaan keyakinan
Menikah dengan orang yang berbeda keyakinan bisa berisiko. Masalah bisa muncul jika salah satu pihak tidak cukup punya toleransi. Mengajak pasangan untuk berpindah keyakinan tak selalu jadi jalan keluar, malah bisa memperuncing masalah.
8. Kurangnya kontak fisik dan seksual
Seringkali terjadi dengan bertambahnya usia perkawinan, hubungan seksual juga jadi semakin jarang dilakukan. Alasan bisa dicari, kelelahan, jam kerja yang padat, gangguan dari anak-anak. Tanpa terapi keluarga yang tepat, hal ini bisa jadi sumber ketegangan dan kemarahan dalam keluarga.
9. Kurangnya pemenuhan profesional
Wajar jika sebagai seorang lajang punya harapan pencapaian profesional tertentu. Tapi ketika memasuki pernikahan, perbedaan tujuan dalam hidup bisa jadi persoalan. Misalnya ketika suami lebih termotivasi untuk mencari uang, sementara sang istri lebih suka menjadi pemenuhan emosional lewat kegiatan sosial. Ketidaksepahaman ini seringkali menjadi sumber masalah juga.
10. Ketidakhadiran
Salah satu penyebab perceraian paling umum adalah ketidakhadiran pasangan. Mulai dari harus terpisah karena pekerjaan atau hadir secara fisik tapi tak peduli secara emosional. Intinya jika salah satu pihak mulai sering merasa kesepian, bisa jadi kata cerai akan tercetus dari mulutnya.
I e-how / utami