Ia menganjurkan agar pemerintah berfokus menangani komoditas yang banyak dikonsumsi masyarakat seperti beras, gandum, minyak goreng, daging sapi, dan ayam. Gandum, kata dia, banyak dikonsumsi masyarakat dalam bentuk mi instan dan kue.
“Pada rumah tangga kelas bawah, pengeluaran untuk membeli beras mencapai 40 persen pendapatan, dan gandum 17 persen,” ujarnya saat dihubungi hari ini (3/1).
Saat menghadiri acara penutupan perdagangan Bursa Efek Indonesia Kamis pekan lalu, Wakil Menteri Keuangan Anny Ratnawati mengatakan telah meminta agar Badan Pusat Statistik menghapus cabai merah dan cabai keriting dari komponen inflasi.
Anny menjelaskan bahwa cabai merah dan cabai keriting berkontribusi besar dalam penghitungan inflasi dua bulan terakhir. Harga dua jenis cabai yang terus naik ikut mendorong peningkatan inflasi.
Harga kedua komoditas ini juga selalu meningkat secara tak wajar saat Lebaran, dan mudah dipengaruhi cuaca. Menurutnya penghilangan dua macam unsur itu tak akan memberi pengaruh negatif bagi penghitungan inflasi.
"Kalau dua macam cabai itu dihilangkan , tidak akan membuat menderita toh?" kata Anny.
Data Kementerian Perdagangan menyebutkan, harga rata-rata nasional cabai merah keriting per 1 Desember Rp 26.080 per kilogram. Sedangkan harga per 31 Desember Rp 44.453 per kilogram atau naik 70,4 persen.
Pada November 2010, cabai merah menyumbang 0,1 persen dari total 0,6 persen inflasi. Inflasi merupakan indikator perkembangan harga barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat berdasarkan harga 774 komoditas. Cabai masuk ke dalam kelompok barang dan jasa yang harganya sangat bergejolak (volatile good) bersama 54 komoditas lainnya.
EFRI RITONGA