TEMPO Interaktif, Jakarta -Badan Pusat Statistik mencatatkan nilai ekspor nasional sepanjang November 2010 mencatatkan rekor baru senilai US$ 15,34 miliar. Angka ini meningkat 6,52 persen dibanding ekspor Oktober. Peningkatan ini setara dengan 42,34 persen dibandingkan bulan yang sama di tahun sebelumnya.
Kepala Badan Pusat Statistik Rusman Heriawan mengatakan pencapaian ini mengalahkan rekor sebelumnya pada Oktober tahun yang sama sebesar US$ 14,4 miliar. "Ini sinyal bagus bagi kemampuan ekonomi Indonesia," ujarnya di Jakarta, Senin (3/1).
Naiknya angka ekspor ini lebih banyak didukung oleh ekspor sumber daya alam yaitu batu bara dan minyak sawit. Peningkatan nilai ekspor dari dua komoditas ini juga lebih banyak didorong oleh kenaikan harga sepanjang tahun.
Rusman berharap, Indonesia mulai menggeser pangsa ekspor bagi komoditas industri manufaktur jika ingin perekonomian bertumbuh secara berkesinambungan. Nilai impor juga mencatatkan rekor tertinggi sepanjang Desember dengan menorehkan angka US$ 13,07 miliar atau meningkat 7,85 persen dibandingkan impor Oktober. Angka ini naik dibandingkan bulan yang sama tahun sebelumnya yaitu senilai 48,29 persen.
Menurut Rusman, Indonesia memiliki kondisi impor yang sehat, ditunjukkan dengan minimnya impor barang jadi yaitu sebesar 7,32 persen. "Tekstil dan elektronik impor dari Cina sangat kecil dibandingkan impor bahan lainnya," ujar dia.
Sebanyak 72,8 persen bahan baku berasal dari pangsa impor nasional sementara 19,9 persen merupakan impor barang modal. Menurut dia, impor barang modal dan barang baku yang besar menunjukkan gairah yang baik terhadap industri dalam negeri. Dia menyebut ada jeda sekitar tiga bulan sebelum bahan baku bisa diolah menjadi bahan jadi oleh industri.
Secara kumulatif, ekspor Indonesia hingga November telah mencapai US$ 140,65 sementara impor mencapai US$ 122,58 miliar sehingga menghasilkan surplus sebesar US$ 18,07 miliar. Rusman sendiri optimistis surplus perdagangan tahun ini bisa mencapai US$ 20 miliar.
ANTON WILLIAM