TEMPO Interaktif, Jakarta -Pertumbuhan Kredit Usaha Rakyat (KUR) nasional mencapai 72,52 persen sepanjang Oktober 2009-Oktober 2010. Pulau Jawa mempunyai porsi yang cukup besar dari total penyaluran KUR nasional yakni sebesar 45,44 persen.
Kepala Biro Humas Bank Indonesia Difi Ahmad Johansyah menyatakan, pertumbuhan kredit usaha rakyat nasional mencapai 72,52 persen year on year sepanjang Oktober 2009-Oktober 2010. Total kredit per Oktober 2010 mencapai Rp 27,833 triliun dan debitur 3.422.613. "Jawa mempunyai porsi cukup besar dari total penyaluran KUR nasional yaitu sebesar 45,44 persen," ujarnya saat ditemui wartawan di ruang pers Gedung BI hari ini (4/12).
Pertumbuhan kredit di Pulau Jawa mencapai 75,63 persen dengan 2.030.159 nasabah dan total kredit Rp 12,647 triliun. Pertumbuhan kredit tertinggi di Pulau Jawa tercatat di Propinsi Banten dengan kisaran 93,63 persen, debitur 53.072 persen dan total kredit Rp 671 miliar.
Posisi berikutnya adalah Yogyakarta dengan jumlah 83,73 persen, total debitur 85.221 dan total kredit Rp 476 miliar. Sementara Propinsi Jawa Barat di kisaran 82,31 persen dengan total debitur 504.804 dan total kredit Rp 3,513 triliun. Jawa Tengah di kisaran 80,87 persen dengan total debitur 791.335 dan total kredit Rp 4,146 triliun.
Menurut Difi, beberapa masalah yang timbul dalam penyaluran kredit usaha rakyat antara lain ketentuan tentang debitur baru. "Sulit mencari nasabah yang belum pernah meminjam ke bank," katanya. Kedua, ketentuan suku bunga yang cukup tinggi, yakni maksimal 14-22 persen, khusus untuk kredit di bawah Rp 5 juta. Ketiga, ketentuan limir kredit Rp 5-500 juta. "Biaya provisi dan administrasi yang ditanggung bank semakin mahal," katanya.
Keempat, respon dari lembaga penjaminan kredit relatif lama. Kelima salah persepsi, KUR diangggap hibah dan kredit tanpa agunan. Keenam kontinuitas program KUR yang belum jelas.
FEBRIANA FIRDAUS