Harga bensin dengan kandungan oktan (RON) 92 di negara kota itu yang tergolong mahal, Sin$ 1,9 (Rp 13.158) per liter, memaksa sebagian warganya berburu bensin murah ke Johor Baru, Malaysia.
Adiyatmika, 35 tahun, warga Indonesia yang lama tinggal di Singapura, mengatakan banyak warga Singapura, terutama yang tinggal di perbatasan, membeli minyak di Johor Baru.
Karena disubsidi, harga bensin di Malaysia memang relatif murah, hanya 1,9 ringgit (Rp 5.500) per liter. "Sudah jauh lebih murah, jarak tempuhnya dari perbatasan hanya sekitar setengah jam," kata dia ketika dihubungi Tempo kemarin.
Belakangan, memang banyak pembatasan yang dilakukan pemerintah kedua negara untuk mencegah pembelian "lintas batas" ini. Singapura mewajibkan mobil yang keluar negara mengisi tangkinya tiga perempat penuh.
"Setiap mobil yang melintasi batas diperiksa meterannya," kata karyawan perusahaan riset itu. Kalau dihitung secara kasar, dengan kapasitas tangki 60 liter, paling banyak pemilik mobil hanya bisa mengisi bensin di Johor Baru sekitar 15 liter.
Sedangkan pihak Malaysia membatasi pembelian dengan melarang pompa bensin menjual bahan bakar RON 95 kepada mobil-mobil yang tidak terdaftar di Malaysia. Mobil-mobil berpelat asing hanya diizinkan membeli bensin RON 97.
Adi mengimbuhkan, meski harga bahan bakar di Singapura sangat tinggi, fluktuasi harga minyak dunia tidak membuat warganya resah. Pasalnya, dari 5 juta penduduk Singapura, hanya ada 600 ribu unit mobil. Selebihnya memanfaatkan angkutan umum yang bagus dengan harga terjangkau.
"Ongkos bus untuk rute paling jauh hanya Sin$ 1,5 (Rp 10.300)," ujarnya.
Mungkin, karena tidak rela subsidinya dimanfaatkan oleh warga negara lain, pelan-pelan Malaysia menaikkan harga jual bahan bakarnya.
Pada 4 Desember 2010, Malaysia menaikkan harga bahan bakar RON 95, solar, dan gas masing-masing 5 sen ringgit. Dengan begitu, harga RON 95 menjadi 1,9 ringgit, solar 1,8 ringgit, dan LPG 1,85 ringgit.
Tiga hari sebelumnya, Malaysia juga menaikkan harga bahan bakar jenis RON 97 sebanyak 15 sen per liter menjadi 2,3 ringgit per liter.
Saat kenaikan harga, 16 Juli 2010, Perdana Menteri Malaysia Najib Razak menyatakan bahwa keputusan menaikkan harga bensin, gula, dan gas diambil untuk mengurangi beban subsidi negara.
Dengan menaikkan harga beberapa komoditas tersebut, Najib mengklaim bisa menekan belanja negara hingga 750 juta ringgit (Rp 2,17 triliun ) untuk tahun 2010 saja.
Alasan lainnya, kata pria keturunan raja Gowa itu, adalah untuk mengurangi salah sasaran subsidi. "Subsidi juga dinikmati orang yang tidak layak, yakni orang asing dan orang berpenghasilan tinggi" kata Najib.
EFRI RITONGA (JAKARTA) | MASRUR (KUALA LUMPUR)