TEMPO Interaktif, Yogyakarta - Kenaikan harga cabai kian tak terbendung. Di pasar Beringharjo Yogyakarta harganya mencapai Rp 100 ribu per kilogram, Selasa (4/1).
Amirejo, 65 tahun, pedagang di Pasar Beringharjo mengatakan, harga itu berlaku untuk cabai rawit merah berkualitas bagus. Adapun harga cabai keriting merah berada di kisaran Rp 60 ribu per kilogram. "Cabai keriting hijau lebih murah, Rp 20 ribu per kilogram," kata Amirejo kepada Tempo, Selasa (4/1).
Kenaikan harga cabai rawit hingga Rp 100 ribu per kilogram, kata dia, terjadi sejak hari ini. Senin kemarin, harganya masih berada di angka Rp 70 ribu per kilogram. "Baru hari ini kenaikan setinggi itu," kata dia.
Akibat kenaikan harga itu, rata-rata pembeli hanya membeli cabai dalam jumlah sedikit. "Paling satu atau bahkan setengah ons saja tiap beli," kata dia. Padahal, biasanya mereka membeli lebih banyak dari ukuran itu.
Adanya kenaikan harga cabai itu dibenarkan oleh Narso, 60 tahun, seorang pedagang bumbu yang lain di pasar Beringharjo. Dengan persedian cabai yang dia beli sejak 4 hari lalu, kini cabai itu dia jual kembali seharga Rp 72 ribu hingga Rp 80 ribu per kilogram. “Itu harga sejak kemarin,” kata dia.
Sejak harga cabai terus meroket naik, dia mengaku tak pernah kulakan lebih dari 4-5 kilogram untuk dijual kembali di pasar. Selain karena jumlah cabai yang dibeli pelanggannya berkurang, dia tak cukup modal untuk membeli cabai dalam jumlah besar.
Di Bojonegoro, Jawa Timur, harga cabai juga terus melambung hingga tiga kali lipat.
Menurut Ny Saudah, salah satu pedagang di Pasar Besar Bojonegoro, harga cabai rawit tsaat ini mencapai Rp 90 ribu per kilogramnya. Bahkan, untuk penjualan eceren, untuk per ons cacai rawit dijual Rp 9500. “Dan itu akan terus naik,” ujar Saudah.
Dampak dari melambungnya harga cabai itu, kini beberapa warung makan mengganti sebagian bumbunya dengan. Untuk sambal misalnya, kalau sebelumnya berbahan cabai, kini dicampur dengan merica. Dampaknya, rasa pedas samabal tidak terlalu menyengat. “Biar tidak terlalu rugi,” ujar Ripan, pedagang bakso di alun-alun Bojonegoro.
ANANG ZAKARIA | SUJATMIKO