TEMPO Interaktif, Jakarta - Kementerian Pertanian membentuk tim khusus penyusun rencana strategis (renstra) jangka panjang 2013-2035. Tim ini sengaja dibentuk untuk mencari jalan keluar persoalan pembangunan pertanian dan diharapkan menjadi pedoman pembangunan pertanian.
“Tim ini akan memberi satu arah tujuan untuk meramalkan tantangan ke depan. Dengan adanya renstra pembangunan pertanian jangka panjang, Indonesia bisa menjawab tantangan itu,” katanya dalam konferensi pers, di kantornya, hari ini (4/1).
Dalam tim penyusun renstra tersebut, pemerintah mengikutsertakan mantan Menteri Pertanian sebagai tim pengarah. Mantan Menteri Pertanian tersebut yakni Syarifudin Baharsjah, Justika Baharsjah, Soleh Solahudin, Muhamad Prakosa, Bungaran Saragih, dan Anton Apriyantono.
Sedangkan dalam tim perumus renstra diketuai Bomer Pasaribu (mantan anggota Komisi IV DPR RI), Wakil Ketua, Profesor Pantjar Simatupang (staf ahli Menteri Pertanian). Sedangkan angotanya diantaranya, Hermanto Siregar (Guru Besar IPB), Bustanul Arifin (Guru Besar Universitas Lampung), Imam Prasodjo (Sosiolog), Anton Supit (pelaku usaha), dan Soedjai Kartasasmita (pelaku usaha).
Menurut Suswono, tantangan Indonesia ke depan dalam hal pangan semakin berat dengan adanya perubahan iklim yang cukup ekstrem, meningkatnya jumlah penduduk, tekanan globalisasi dan liberalisasi perdagangan.
Bahkan, dampak perubahan iklim bukan hanya dirasakan Indonesia tapi juga negara pengekspor pangan seperti Vietnam dan Thailand. Dua negara tersebut, pada tahun ini sudah menyatakan akan mengurangi ekspor beras untuk mengantisipasi dampak perubahan iklim.
“Melalui tim ini diharapkan mampu menjadi rujukan bagi pelaku pertanian dan sektor-sektor terkait. Pembangunan pertanian perlu didukung oleh sektor lain juga termasuk kementerian lain,” katanya.
Sementara itu, ketua tim perumus Renstra Bomer Pasaribu mengatakan tim ini mencontoh Cina yang terlebih dahulu mencanangkan pembangunan pertanian jangka panjang sampai tahun 2050.
“Mungkin renstra ini tidak seoptimis China yang membuat renstra hingga 2050. Tapi renstra ini sudah kami kompromikan dengan situasi dan kondisi Indonesia,” ujarnya.
ROSALINA