TEMPO Interaktif, Jombang -Menyiasati mahalnya harga cabai, sebagian masyarakat di Kabupaten Jombang, Jawa Timur menggunakan cabai busuk sebagai bumbu masakan. Karsini contohnya. Sejak harga cabai naik, warga Desa Sumbermulyo, Jogoroto itu terpaksa menggunakan cabai busuk.
"Kalau membeli yang bagus tidak sanggup, terlalu mahal," ujarnya ketika di temui di pasar hari ini (5/1).
Harga cabai busuk di pasaran juga lebih murah ketimbang cabai utuh. Untuk cabai merah besar dengan kualitas bagus mencapai Rp 30 ribu per kilogram, sementara yang busuk hanya Rp 17 ribu per kilogram.
Adapun cabai rawit utuh harganya tembus Rp 80 ribu per kilogram, sementara yang busuk hanya Rp 20 ribu per kilogram. "Satu kilo cabai rawit sama dengan harga sepuluh kilogram beras medium. Dari pada begitu, mending cari alternatif mengolah cabai busuk saja," ujar ibu rumah tangga berusi 42 tahun itu.
Cabai busuk itu dikonsumsi sehari-hari oleh keluarga. Urusan kesehatan bagi dia jadi nomor dua. Yang penting, bumbu masak terasa, karena cabai busuk maupun yang utuh masih tetap sama-sama pedasnya.
Agar cabai busuk layak konsumsi, ia memiliki trik yang jamak dilakukan masyarakat di sana. Caranya, cabai busuk dicuci lebih dulu, lalu direbus dengan air mendidih. Setelah itu dikeringkan, kemudian digoreng dengan sedikit minyak. Cabai ditiriskan, lalu disimpan, dan siap dijadikan tambahan bumbu masakan.
Pantauan Tempo, cabai busuk ini memang laku keras di Jombang. Di Pasar Pon, Desa Kaliwungu, Jombang Kota ada pedagang yang khusus menjual cabai ini. Munawaroh, 57 tahun, salah satu penjual menuturkan, sejak harga cabai melambung rata-rata per hari ia mampu menjual 20 kilogram gram cabai busuk. Padahal sebelumnya hanya 10 kilogram.
Munawaroh mengaku mendapat kiriman cabai busuk ini dari pasar besar di Pare Kediri. Jadi cabai busuk itu bukan sisa daganganya, melainkan memang ada pedagang khusus yang menjualnya.
"Soalnya banyak yang mencari sebagai alternatif. Meski busuk tetap saja laku," ujarnya.
MUHAMMAD TAUFIK