"Juni 2011 nanti, kami akan melepas satu varietas benih cabe baru yang tahan cuaca ekstrem yang menjadi ancaman produk-produk pertanian pada tahun ini," kata Kepala Balithor Yusdar Hilman di sela Workshop Holtikultura di Jakarta, Kamis (6/1).
Antraknosa adalah penyakit patek tanaman cabai yang disebabkan cendawan colletotrichum yang mampu menghancurkan produksi panen sebesar 20-90 persen. Jamur ini terutama berkembang selama musim hujan dan tumbuh pesat di kelembaban 32 derajat celcius.
Kekhasan benih cabai baru itu ialah menghasilkan cabai keriting merah dengan rasa pedas melebihi cabai keriting biasa. Dari dua musim percobaan di Ciamis, Jawa Barat, produksi benih ini terbukti menghasilkan 12 ton per hektare meski tahun lalu diklaim sebagai musim kemarau basah karena curah hujan tinggi sepanjang tahun.
"Kami memprediksi produktivitas benih ini rata-rata sekitar 10 ton per hektare. Bukan 12 ton per hektare seperti masa percobaan karena tanah di tiap daerah berbeda-beda," kata nya.
Tak hanya kebal cuaca ekstrem, penggunaan benih cabai baru ini bisa menekan ongkos produksi. "Benih ini membantu petani mengurangi penggunaan pestisida sehingga output cabai jadi lebih baik dan ongkos produksi bisa ditekan," katanya. Hasil produksi bisa lebih berkualitas karena minim penggunaan pestisida.
Karena akan diluncurkan pada Juni mendatang, pengembangan benih telah mencapai tahap uji multilokasi. Rencananya, Kementerian akan mengeluarkan benih baru sebanyak 530 gram ke sejumlah daerah, seperti Ciamis, Lembang, dan beberapa wilayah lain di Jawa Barat.
Yusdar menjelaskan, untuk mengoptimalkan produksi cabai dengan benih ini ada beberapa kriteria. Pertama, pembuatan lahan harus agak tinggi agar drainase baik dan kadar air yang masuk ke tanaman tersebut cukup alias tidak berlebihan.
Kedua, pemilihan lahan harus lahan kering, bukan sawah seperti yang selama ini masih banyak dilakukan oleh petani-petani lokal. Sebab syarat lahan untuk cabai berbeda dari tanaman sawah seperti padi.
Yusdar menyatakan, benih cabai unggul tersebut belum diberikan nama. Namun, nantinya akan menambah variasi benih cabai yang selama ini banyak dikembangkan di seluruh Tanah Air, seperti Lembang 1, Tanjung 2, dan TM 99 dari Taiwan.
Berdasarkan data, sepanjang 2010 Indonesia mengimpor benih cabe 6.969 kilogram dengan nilai US$ 975.660. Meski demikian, di tahun yang sama Indonesia masih mencatat nilai ekspor benih lebih besar dari impor yaitu 16.361 kilogram dengan nilai US$ 2.454.150.
ROSALINA