TEMPO Interaktif, Jakarta - Heboh meroketnya harga cabai yang mencapai Rp 100 ribu per kilogram beberapa hari ini ternyata jadi pembahasan di sidang kabinet siang tadi. "Baru kali ini cabai masuk sidang kabinet," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Rusman Heriawan usai mengikuti sidang kabinet membahas stabilitas harga pangan 2011, di Istana Negara, Jakarta, Kamis (6/1).
Menurut Rusman, dalam rapat yang dihadiri semua menteri kabinet tadi, ia memaparkan review mengenai statistik pangan di antaranya suplai beras dan lain sebagainya. Namun ternyata presiden juga mempertanyakan kenaikan harga cabai. Soal cabai ini sebetulnya tidak masuk hitungan, tapi tiba-tiba membuat heboh masyarakat.
"Presiden minta harus kita potret sebenarnya berapa harga wajar dan nanti itu harus stabil. Artinya suplai stabil karena sisi demand memang terus stabil. Demand stabil, tetapi tidak dengan suplainya," kata dia.
BPS, kata dia, akan mengambil insiatif untuk melihat cabe dari sisi ekonominya terutama struktur biayanya sehingga bisa melihat harga yang wajar. Selama ini, ketika harga cabai hanya Rp 13 ribu, masyarakat diam saja. Padahal ketika harga jatuh di masa panen tersebut membuat petani merana.
Rusman menilai harga yang wajar untuk cabai sekitar Rp 20-30 ribu. Dengan kisaran harga tersebut bisa membuat petani nyaman sehingga mereka bergairah untuk menanam dan konsumen pun mampu untuk membeli. "Jangan Rp 13 ribu, juga jangan sampai Rp 100 ribu. Karena petani juga tidak dapat apa-apa dan konsumen berteriak,"ujarnya.
MUNAWWAROH