"Problem polisi sesungguhnya pembenahan ke dalam (internal)," kata Bambang saat dihubungi Tempo, Ahad (9/1).
Bambang menegaskan kepolisian saat ini adalah institusi yang paling rawan penyimpangan. Bukan dari mana-mana, penyimpangan justru dilakukan oleh pejabat-pejabat kepolisian sendiri. Hal ini, kata Bambang, dicontohkan dengan nyata dengan berbagai macam kasus-kasus, seperti kasus Gayus dan mafia kasus.
Untuk itu, Bambang menyatakan, Wakapolri ke depan harus figur yang mampu mengendalikan internal Polri. "Wakapolri harus orang yang berwibawa dan disegani di internal Polri. Secara otoritas dan integritas, dia harus orang yang jadi teladan," ujarnya.
Sebagaimana diketahui, Wakapolri Yusuf Manggabarani akan memasuki usia pensiun pada 11 Februari mendatang. Sejumlah nama Wakapolri disebut-sebut menjadi calon kuat. Mereka adalah Nanan Sukarna, Imam Sujarwo, dan Oegroseno.
Menurut Bambang, Wakapolri ke depan harus berani mengusulkan pemecatan terhadap pejabat kepolisian yang berbuat menyimpang. Keberanian seperti ini dinilai penting untuk mengembalikan citra dan wibawa institusi kepolisian agar tidak terus terpuruk.
Selama ini, kata Bambang, pembagian tugas antara Kapolri dengan Wakapolri lebih pada penekanan masalah eksternal dan internal. Meski tetap harus mengendalikan internal Polri, Kapolri lebih berfokus pada masalah-masalah eksternal. Hal sebaliknya diperankan Wakapolri. Menurut Bambang, Wakapolri lebih banyak memainkan peran di internal Polri.
Untuk itulah kriteria yang mesti dimiliki Wakapolri, kata Bambang, adalah mampu mengharmoniskan staf teras kepolisian. Wakapolri, bersama Kapolri, juga harus mampu melakukan pengawasan melekat ke institusi Polri. "Harus sering terjun ke bawah untuk mengawasi kinerja kepolisian di tingkat bawah," kata dia.
Poin penting lainnya, kata Bambang, adalah Wakapolri jangan orang komando. "Jangan orang yang berjiwa komando. Dia harus seorang staf, bukan leader. Leadernya tetap Kapolri," ujar dia.
AMIRULLAH