“Lumba-lumba ini ditemukan oleh anggota yang sedang berpatroli,“ kata Kepala Wilayah I Balai Konservasi Sumber Daya Alam Bali, Soemarsono.
Petugas BKSDA dibantu para nelayan dan warga, akhirnya membawa bangkai ikan itu ke kantor BKSDA untuk dikuburkan.
Mamalia langka itu diduga terpisah dari kawanannya saat melakukan migrasi dan kemudian terdampar ke kawasan hutan mangrove saat air laut pasang, Selasa (11/1) malam. Begitu air surut, ikan itu tidak bisa kembali ke laut lepas dan akhirnya mati karena kekurangan oksigen.
Untuk memastikan penyebab kematiannya, BKSDA sudah mengambil sampel kulit ikan untuk diteliti di laboratorium.
Aktivis Jejaring Penyelamat Mamalia Terdampar (JPMT) Bali Pariama Hutasoit menyebut, kawasan pantai di Bali memang berpotensi menjadi tempat terdamparnya mamalia itu. “Kita menduga laut selatan Bali adalah daerah perlintasan,“ ujarnya.
Pada tahun 2010, lebih dari 100 ikan jenis mamalia terdampar di pantai Bali. Kecenderungan ini terus meningkat setiap tahunnya.
Untuk menangani ikan mamalia yang terdampar dan ditemukan dalam kehidupan hidup, JPMT telah mensosialisasikan standar operasional penyelamatan ke kalangan nelayan, polisi air dan LSM.
Sedang untuk menangani ikan mamalia yang terdampar dalam keadaan sudah mati, diharapkan dapat diambil samplenya untuk penelitian penyebab kematiannnya.
ROFIQI HASAN