"Pertumbuhan 6,4 persen, itu bukan angka pesimistis," ujar World Bank Senior Economist for Indonesia Enrique Blanco Armas saat menanggapi ihwal pernyataan Wakil Presiden Boediono. Dalam pandangannya, angka itu sudah pantas ditetapkan pemerintah. Bank Dunia dunia sendiri menargetkan, pertumbuhan GDP (Gross Domestic Product) mencapai 6,2 persen tahun ini.
Untuk mencapai pertumbuhan di level ini, pemerintah diminta untuk mengatasi kendala infrastuktur dan menggiatkan ekonomi domestik. Untuk infrastruktur ini, kata Enrique, sangat tergantung juga dengan kebijakan anggaran pemerintah 2011.
Sementara itu, Direktur Penelitian dan Pengaturan Perbankan Wimboh Santoso menyatakan, realisasi kredit infrastruktur hingga November 2010 kemarin mencapai Rp 6,655 triliun. Dengan pertumbuhan year to date, Desember 2009-November 2010, mencapai 9,01 persen.
Ada tujuh sektor kredit infrastruktur yang dipantau. Yaitu, Jalan tol-arteri-konstruksi, kelistrikan, transportasi, telekomunikasi, minyak dan gas bumi, pengairan, air minum, dan sanitasi. "Khusus infrastruktur, itu paling banyak itu pencairannya ada di migas, kalau outstandingnya paling besar di kelistrikan," ujarnya.
Namun pernyataan Wimboh ini dibantah Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia. Sofyan menyatakan, kredit infrastruktur tidak macet. Hanya jangka waktu pencairannya memerlukan tenggat waktu tahunan. "Plafonnya sudah besar, tapi pencairannya masih relatif kecil," ujar Sofyan. Kendalanya, kata Sofyan, misal penyediaan lahan dalam pembangunan jalan tol. Kemudian proyek pelabuhan yang harus mengurus perizinan. Soal draw down atau pencairan, butuh tenggat waktu bertahun-tahun.
FEBRIANA FIRDAUS