Mahasiswa membuka paksa pintu ruang kerja Iri Agus. "Kami sudah menunggu dua jam, tapi sampeyan (direktur) tidak mau temui kami, padahal sampeyan tidak kemana-mana," kata salah seorang mahasiswa, Tebo, dengan nada menghardik Iri Agus.
Mahasiswa FKMP datang ke RSUD Pamekasan mendapingi Sri, penderita penyakit kanker payudara. Saat itu juga hadir seorang anak Sri, Munahnan.
Menurut para mahasiswa, Sri, yang berasal dari keluarga miskin, merupakan korban ketidakprofesional dokter dan rumah sakit dalam merawat pasien.
Seperti yang dituturkan Munahnan, Desember 2010 lalu ibunya dibawa ke RSUD Pamekasan untuk diperiksa. Saat itu sample darahnya diambil untuk diuji ke laboratorium di Surabaya.
Namun, kata Munahnan, hingga hari ini hasil uji lab belum juga keluar. Berkali-kali ditanyakan, tapi pihak rumah sakit selalu berdalih hasil lab belum diterima. Akibatnya pengobatan ibunya mandeg. "Penyakit ibu serius, kalau meninggal karena tidak dirawat apakah rumah sakit mau bertanggung jawab," ucapnya bertanya.
Untuk mendapatkan penjelasan kelanjutan penanganan terhadap Sri itulah yang mendorong mahasiswa untuk meminta Iri Agus melakukan audiensi. Bagi mahasiswa, audiensi penting demi perbaikan layanan kepada pasien miskin.
Ketegangan baru mereda setelah Iri Agus Subaidi bersedia berdialog dengan mahasiswa.
Iri Agus Subaidi membantah tudingan mahasiswa maupun apa yang dijelaskan Munahnan. Menurutnya pihaknya tidak bisa memaksakan hasil uji lab keluar. "Tergantung petugas labnya, bukan wewenang kami," kilahnya.
Namun Iri Agus mengaku mestinya hasil lab pasien paling lambat keluar sepuluh hari sejak penyerahan sample. "kalau sampai hari ini belum turun, mingkin ada kerusakan alat di rumah sakit yang memiliki laboratorium," katanya tanpa bersedia menyebutkan di rumah mana uji lab dilakukan. MUSTHOFA BISRI.