"Kami membudidayakan benih padi unggulan, Wisanggeni, yang tahan kering dan banjir," ujarnya dalam acara pencanangan Gerakan Nasional Penanganan Anomali Iklim Petani Indonesia di Unit Pelaksana Teknis Pengembangan Agribisnis Tanaman Pangan dan Holtikultura, Desa Lebo, Kecamatan Sidoarjo, Jumat (14/1).
Di depan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan sejumlah menteri Kabinet Indonesia Bersatu jilid dua, Soekarwo terus membanggakan bibit unggulan tersebut.
Bibit yang dilabeli Wisanggeni itu ditemukan oleh Jamhari, salah satu anggota Induk Koperasi Tani dan Nelayan. Menurut gubernur yang kerap disapa Pakdhe Karwo tersebut, Wisanggeni memiliki umur pendek, yakni 75-85 hari, dan sanggup menghasilkan 7-8 ton gabah kering per hektar. Benih ini telah ditanam di lahan seluas 500 hektar di Ngawi, Madiun, dan Nganjuk.
Soekarwo mengatakan pihaknya juga sedang mengembangkan bibit hibrida yang dinamai Jatim 1, Jatim 2, dan Jatim 3. Ketiga jenis benih itu bisa menghasilkan 10-10,7 ton gabah kering per hektarnya.
"Dua-duanya pulen dan gurih, jadi tidak ada lauknya tidak apa-apa," ucapnya berkelakar. Pemanfaatan paralel bibit-bibit unggul, didukung sosialisasi yang kuat, diyakininya bisa membuat produksi padi tahun ini semakin bagus dan semakin kuat.
Ia menambahkan, Jawa Timur juga membudidayakan dua varietas unggul tebu untuk menggantikan jenis tebu yang kini ditanam dan digunakan sejak jaman Belanda. Dua jenis bibit baru itu dilabeli VMC dan Pasuran 881, yang juga tahan kering dan banjir. "Cocok untuk Madura, (benih) ini sudah dicoba delapan hektar di Sampang dan hasilnya bagus," katanya.
BUNGA MANGGIASIH