"Sepanjang 2010 tidak ada musim kemarau, akibatnya hama dan penyakit seperti wereng meluas," kata Suswono dalam acara pencanangan Gerakan Penanganan Perubahan Iklim Petani di Wonoayu, Sidoarjo, Jum’at (14/1).
Meski demikian, Suswono mengklaim hasil pertanian di Indonesia masih terus meningkat hingga 2,8 persen per tahun. "Bahkan dalam tiga tahun terkahir, khususnya padi, meningkat 5,2 persen per tahun," ujarnya.
Suswono mengakui, peningkatan harga beberapa bahan kebutuhan pokok yang terjadi beberapa waktu terakhir merupakan dampak dari anomali iklim.
Di tempat yang sama, Gubernur Jawa Timur Soekarwo mengatakan, dampak anomali iklim yang paling terasa adalah di sektor pertanian dan perikanan. "Di Jawa Timur anomali mulai terasa saat mundurnya musim kemarau hingga 57 hari pada tahun 2009 lalu," kata Soekarwo.
Meski di satu sisi merugikan, namun di sisi lain khususnya di sektor tanaman padi, hasil panen petani semakin meningkat karena bisa melakukan panen setahun tiga kali, bahkan ada yang empat kali.
"Di tahun ini, hasil produksi padi di Jawa Timur meningkat 3,5 persen," papar Soekarwo. Untuk mengantisipasi perubahan iklim, Soekarwo juga mengatakan telah mendorong petani lebih inovatif untuk menciptakan teknologi pertanian.
Soekarwo mencontohkan, seorang petani asal Ngawi bernama Jamhari berhasil menciptakan bibit padi tahan anomali dengan masa tanam hanya 2,5 bulan sehingga dalam setahun bisa panen empat kali dengan hasil delapan ton per hektar. FATKHURROHMAN TAUFIQ.