Ketua Asosiasi Mebel Indonesia (Asmindo) Surakarta David Wijaya mengatakan, indikasi membaiknya perekonomian terlihat dari pesanan yang masuk untuk kebutuhan Natal dan Tahun Baru. ”Pesanan saat itu cukup banyak. Ini menandakan perekonomian negara-negara tujuan ekspor seperti Amerika sudah membaik,” katanya kepada Tempo, Sabtu (15/1).
Dia optimistis tahun ini ekspor mebel Surakarta akan tumbuh hingga 15 persen dibandingkan tahun lalu, yang mencapai US4 60 juta. Tujuan ekspor masih negara-negara tradisional seperti Amerika, Eropa Barat, dan kawasan Skandinavia seperti Swedia, dan Norwegia. ”Portugal dan Yunani sebenarnya pasar yang menjanjikan. Sayangnya mereka masih dalam tahap pemulihan ekonomi pasca krisis,” lanjutnya.
Pasar lain yang dibidik adalah Cina, Afrika Selatan, dan Mesir. David menyebut kebutuhan mebel di daerah-daerah tersebut cukup tinggi. “Tapi kami fokuskan untuk pemulihan ekspor ke negara tradisional dulu,” jelasnya.
Sebab untuk membuka pasar baru, dibutuhkan analisis untuk mengetahui selera dan perilaku pasar. ”Paling tidak kami mengirim contoh dulu kepada calon pembeli di sana,” ujarnya. Produk yang biasanya diminati seperti kursi tamu, kursi makan, almari kecil, dan aksesori seperti lampu gantung.
Meskipun optimistis ekspor naik, dia mengingatkan ada beberapa kendala yang mungkin menghadang. Seperti persoalan nilai tukar rupiah terhadap dolar. Jika rupiah terus menguat hingga di bawah Rp 9 ribu per 1 dolar, ”Maka ada kemungkinan kami akan menaikkan harga. Karena kami bertransaksi dengan dolar, maka penguatan rupiah mengurangi keuntungan,” terangnya.
Namun di sisi lain, pasar yang baru menggeliat pasca dihantam krisis global diyakini masih sangat sensitif terhadap kenaikan produk. Karenanya, dia berharap pemerintah dapat menjaga nilai tukar tetap di kisaran Rp 9 ribu.
Salah seorang pengusaha mebel, Wisnu Wijayanto, mengaku sudah mengirim dua kontainer mebel ke Belanda. ”Produknya satu set kursi makan,” jelasnya. Dia juga meyakini jika tahun ini jumlah dan nilai ekspor akan lebih baik dari tahun lalu.
Selain perekonomian global yang membaik, juga disebabkan pengusaha sudah bisa beradaptasi dengan berbagai kebijakan terkait ekspor mebel. Bahkan rencana kenaikan harga dikatakan tidak akan mempengaruhi pertumbuhan ekspor. ”Saya yakin pembeli akan paham ketika harga naik. Sebab bahan bakunya juga naik,” katanya.
UKKY PRIMARTANTYO