TEMPO Interaktif, Surakarta -Pemerintah segera menerbitkan sukuk ritel seri SR-003 pada 23 Februari mendatang. Pemerintah memperkirakan penjualan kali ini juga berprospek cerah seperti sebelumnya. “Dari seri pertama ke seri kedua ada peningkatan penjualan. Kemungkinan untuk yang ketiga juga seperti itu,” kata Kepala Seksi Peraturan Pembiayaan Syariah Direktorat Pembiayaan Syariah Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang Kementerian Keuangan, Khairul Aulat kepada Tempo di Surakarta, Selasa (18/1) siang.
Untuk seri SR-001 yang diterbitkan Februari 2009, pemerintah berhasil menghimpun dana masyarakat sebesar Rp 5,5 triliun. Sementara SR-002 yang terbit Februari 2010 menyerap dana hingga Rp 8 triliun. Tahun ini, pemerintah belum menetapkan target penjualan. “Namun agen penjual sudah mematok target bisa mendapat dana Rp 7 triliun,” katanya. Sukuk ritel SR-003 akan dijual oleh 20 agen penjual yang terdiri dari 11 bank dan 9 perusahaan efek.
Selama ini, penyebaran pembeli sukuk ritel masih terkonsentrasi di Indonesia Barat selain Jakarta dan DKI Jakarta. Sebab perputaran uang dan alur informasi lebih banyak berada di dua wilayah tersebut. Karenanya, pihaknya berupaya menyebarkan informasi tentang sukuk kepada masyarakat di luar Pulau Jawa.
Ada 8 kota yang didatangi untuk penawaran sukuk ritel kali ini. Yaitu Banda Aceh, Manado, Solo, Denpasar, Batam, Palangkaraya, Banjarmasin, dan Jakarta. Khairul berharap dengan memperbanyak penawaran di luar Jawa, juga mendorong masyarakat untuk berinvestasi melalui sukuk.
Sukuk ritel SR-003 berjangka waktu 3 tahun dengan nominal pembelian minimal Rp 5 juta. Masa penawaran akan dilangsungkan pada 7 hingga 18 Februari 2011. Dia mengatakan selama ini kebanyakan investor adalah mereka yang membeli di bawah Rp 100 juta.
Sementara itu, Kepala Divisi Penilaian Perusahaan Surat Utang Bursa Efek Indonesia Saptono Adi Junarso mengakui secara jumlah, sukuk memang masih kecil jika dibandingkan surat utang konvensional. “Tapi saya yakin ke depan akan semakin banyak yang tertarik membeli sukuk,” katanya.
Sebab mayoritas masyarakat beragama Islam, dan lebih senang jika berinvestasi tanpa ada riba seperti sukuk. “Kami juga terus menggalakkan informasi seputar sukuk. Terutama meluruskan anggapan masyarakat bahwa prosesnya rumit atau biaya pengurusan lebih mahal,” katanya.
UKKY PRIMARTANTYO