JAKARTA - Vice President Head of Debt Research Budi Susanto menyatakan obligasi pemerintah senilai Rp 67,3 triliun akan jatuh tempo pada tahun ini. "Jumlah obligasi yang jatuh tempo tahun 2011 itu terhitung cukup besar," katanya, hari ini.
Pemerintah diperkirakan akan menerbitkan obligasi baru tahun 2011 senilai Rp 146,6 triliun. Jumlah ini lebih besar dari tahun lalu, senilai Rp 115,4 triliun dan jumlah tahun ini juga paling besar sejak tahun 2006.
"Sebagian dana obligasi akan digunakan untuk membayar utang obligasi yang jatuh tempo," kata dia.
Budi memprediksi pemerintah akan memperbesar penerbitan obligasi dalam mata uang dolar. Hingga saat ini, jumlah seluruh obligasi global pemerintah dan korporasi di Indonesia sebesar US$ 33,5 miliar.
Tahun lalu porsi obligasi rupiah pemerintah sebesar 85 persen. Sebanyak 11 persen diantaranya adalah obligasi dalam bentuk dolar dan sisanya adalah samurai bond.
Tahun 2011 obligasi rupiah diperkirakan hanya 70 persen dari total surat utang pemerintah. Adapun obligasi korporasi justru diperkirakan menurun sebesar Rp 21 triliun dibandingkan tahun lalu sebesar Rp 27 triliun.
Tahun ini ada Rp 11,8 triliun obligasi korporasi yang jatuh tempo. Terbesar berasal dari industri multifinance dan perbankan.
Tingkat imbal hasil obligasi pemerintah diduga akan lebih fluktuatif. Meski tak tinggi, fluktuasi diperkirakan akan terjadi pada angka 8 hingga 9 persen.
Laju inflasi pada semester pertama 2011 akan mendorong kenaikan imbal hasil. Keluarnya dana asing juga menjadi salah satu risiko yang dihadapi.
Pemerintah bersiap membeli kembali 30 persen obligasi pemerintah untuk mengantisipasi pengaruh akibat keluarnya dana asing. "Diperkirakan sekitar Rp 60 triliun dari jumlah obligasi milik asing yang berjumlah Rp 200 triliun," kata Budi.
FAMEGA SYAVIRA