Sebelum menggiring masyarakat menggunakan bahan bakar gas, pemerintah semestinya mempersiapkan segala infratsruktur yang dibutuhkan untuk menopang pasokan gas bagi sektor transportasi tersebut. Walaupun pemerintah menjamin pasokan gas untuk tarnsportasi melalui peraturan resmi, hal tersebut tetap dinilai tidak mampu menjamin alokasi gas yang sebenarnya bagi penyediaan bahan bakar gas. "Kenyataannya banyak yang defisit. kita lihat di neraca gas nasional masih banyak yg defisit," katanya.
Khomaidi mengakui bahwa sebenarnya anjuran pemerintah untuk menggunakan gas sebagai bahan bakar pengganti adalah usulan yang bagus. Sebabnya menggunakan bahan bakar gas bagi masyarakat jauh lebih murah ketimbang menggunakan bahan bakar minyak untuk kendaraan mereka.
Untuk permulaan, memang akan terasa mahal bagi para pengguna kendaraan karena harus membeli konverter senilai Rp 10 juta terlebih dahulu agar bisa beralih ke bahan bakar gas. Namun, pembelian konverter tersebut nilainya akan sama dengan penghematan selama 1,5 tahun dibandingkan dengan menggunakan BBM.
Indonesia termasuk sebagai negara yang cukup terlambat untuk sosialisasi dan kesiapan penggunaan gas sebagai bahan bakar kendaraan."Argentina saja penggunaan LGV sudah 60 persen," katanya. Khomaidi bahkan menyarankan pemerintah agar memberikan subsidi bagi masyarakat sebagai permulaan agar program pengalihan bahan bakar gas tersebut bisa berjalan lebih cepat dan sesuai dengan target pemerintah.
Media Manager PT Pertamina (persero), Wianda Pusponegoro menyatakan bahwa sebenarnya pihak pertamina telah menyediakan bahan bakar gas jenis LGV sejak tahun 2008 lalu."Sehingga ini bukan produk baru tapi sudah jadi alternatif bahan bakar sejak 2008 lalu," ujar Wianda.
Pertamina menjual produk LGV (Liquified Gas for Vehicles) dengan nama Vgas. "Ada di 8 SPBU. Diantaranya SPBU Pertamina di Jl Abdul Muis dan Jl Kuningan Raya. Harganya Rp 3.600 Liter Setara Premium (LSP). Stok juga dalam kondisi yang cukup,” katanya.
GUSTIDHA BUDIARTIE