"Kami tidak akan segan-segan menaikkan BI Rate," ujar Deputi Gubernur Bank Indonesia Hartadi A Sarwono di Gedung BI, Senin malam (24/1). Namun, kenaikan BI Rate ini adalah amunisi terakhir bank sentral.
Sementara itu, Hartadi mengakui pasar sudah mendesak kenaikan suku bunga acuan ini. "Market memang begitu," tuturnya.
Ia menyatakan, untuk kenaikan BI Rate ini, bank sentral memilih untuk menunggu perkembangan laporan inflasi Januari oleh BPS. "Kita tunggu BPS, untuk inflasi Januari," katanya.
Sebelumnya, desakan untuk menaikkan BI Rate semakin kencang. Para ekonom memprediksikan, BI Rate akan naik pada kuartal pertama tahun ini. Tepatnya, Maret. Kenaikan berkisar anatara 25 basis poin hingga 200 basis poin untuk skenario terburuk.
Namun, hingga bulan ini, BI Rate tetap kokoh di 6,5 persen. Angka ini bertahan 18 bulan sejak Agustus 2009. Sikap BI yang tetap mempertahankan BI Rate ini dikhawatirkan direspons negatif oleh pasar.
Gubernur Bank Indonesia Darmin Nasution menyatakan, bank sentral memilih bauran kebijakan, karena kebijakan menaikkan suku bunga acuan dianggap kebijakan yang mahal. "Pakai 1 kebijakan untuk menjawab beberapa hal, terlalu mahal," katanya kemarin.
FEBRIANA FIRDAUS