TEMPO Interaktif, Surabaya -Pemerintah Provinsi Jawa Timur berencana membangun jalan tol tengah kota di atas Kali Surabaya dan Kali Mas, Surabaya. "Pembangunan tol di atas sungai merupakan solusi untuk mengurangi penggusuran lahan," kata Daniel M. Rosyid, Ketua Persatuan Insinyur Indonesia Surabaya, setelah mengikuti pertemuan dengan Gubernur Jawa Timur Soekarwo di Gedung Negara Grahadi, Surabaya, kemarin.
Daniel, yang juga guru besar Fakultas Kelautan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), menyatakan pembangunan jalan tol tengah kota akan menggusur sekitar 6.675 keluarga di Surabaya. "Akan lebih arif kalau lokasi pembangunan digeser di atas sungai," ujarnya.
Pertemuan yang difasilitasi gubernur ini untuk mencari solusi atas konflik kepentingan antara pihak yang pro dan kontra atas rencana pembangunan tol tengah kota. Hingga saat ini, Pemerintah Kota Surabaya dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Surabaya belum sepakat apakah akan melanjutkan program tersebut atau tidak. Padahal kemacetan Surabaya harus segera diatasi.
Sesuai dengan rancangan tata ruang dan wilayah, pembangunan tol tengah seharusnya dimulai pada pertengahan 2011. "Gubernur minta, apa pun hasilnya, pertengahan 2011 ini sudah harus dilakukan sosialisasi," kata Daniel.
Ketua Masyarakat Transportasi Indonesia Jawa Timur Khoirul Djaelani mengatakan tol tengah kota adalah bagian kecil dari solusi mengatasi kemacetan. "Dalam forum ini, Gubernur minta para pakar transportasi jalan dari ITS, Universitas Airlangga, dan Universitas Brawijaya membentuk tim untuk mengkaji konsep mengatasi kemacetan di Surabaya," kata Khoirul pada acara yang sama.
Harnen Sulistio, guru besar teknik Universitas Brawijaya, Malang, mengatakan jalan tol tengah kota merupakan salah satu solusi. "Kemacetan di Surabaya tidak bisa dibiarkan, harus ada solusi mengatasinya. Salah satunya, ya, tol tengah ini," ujar Harnen.
Menurut dia, pertumbuhan mobil pribadi di Surabaya telah mencapai 9-10 persen per tahun dan sepeda motor mencapai 20 persen per tahun. Padahal pertumbuhan jalan di Surabaya hanya 0,3 persen per tahun.
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Provinsi Jawa timur Zaenal Abidin mengatakan tol tengah kota ini akan terintegrasi dengan jalur kereta api listrik, yang akan dibangun dari Stasiun Gubeng hingga Bandar Udara Juanda. Pemerintah juga akan mengkaji menghidupkan jalur kereta di kawasan Jalan Diponegoro, yang sudah tidak difungsikan lagi.
"Jalan tol memang perlu ditambah, tapi alternatif lainnya, seperti angkutan massal bus maupun kereta api, juga harus diperbaiki," kata Zaenal.
Langkah ini, Zaenal melanjutkan, paling lambat akhir 2011 harus terwujud. Di Surabaya, berbagai langkah sudah dilakukan untuk mengatasi kemacetan. Misalnya dalam dua tahun terakhir telah diatur jam masuk sekolah pukul 06.00, kantor pemerintah pukul 07.00, dan jam masuk kantor swasta pukul 08.00. "Langkah ini ternyata belum efektif mengurai kemacetan," kata Zaenal.
Fatkhurrohman Taufiq | Eni Saeni