TEMPO Interaktif, Jakarta - Mantan Presiden Soeharto ternyata sudah berkeinginan melepas jabatannya sebagai orang nomor satu di Indonesia sejak tahun 1993. Fakta ini disampaikan Emil Salim, eks Menteri Lingkungan semasa Soeharto. "Tampaknya ada keinginan mundur tahun 1993 itu, "the end of the road"," kata Emil saat menyampaikan kesan-kesan di acara Haul ke-3 Soeharto di Gedung Granadi, Jakarta, Kamis (27/1).
Acara Haul ke 3 meninggalnya Soeharto dihadiri sejumlah pejabat di era Soeharto. Diantaranya eks Wakil Presiden Try Soetrisno, eks Pangko Kamtib Sudomo, eks Menteri Koperasi Subiakto Tjakrawerdaja, eks Kepala BKKBN Haryono Suyono, Prof. Emil Salim, Mien Sugandi. Tampak pula para politisi seperti Ketua Umum Partai Hanura Wiranto dan Sekjen Partai Golkar Idrus Marham. Tentu tak ketinggalan hadir putra Bungsu Soeharto, Tommy Soeharto.
Menurut Emil, suatu hari pada tahun 1993, Soeharto memanggilnya ke Cendana. Soeharto menyatakan, Emil Salim tak lagi masuk menteri kabinet tahun 1993. Saat itulah, kata Emil, Soeharto bercerita panjang lebar soal budaya Jawa yang tidak ia mengerti.
Setelah bercakap panjang-lebar yang dianggapnya berputar-putar itu, akhirnya tahulah dia sebenarnya tujuan Pak Harto ingin mengabarkan bahwa dirinya tidak masuk lagi dalam kabinet selanjutnya.
Mantan menteri negara pengaeasan pembangunan dan lingkungan hidup ini malah mengaku senang dengan kabar tersebut. Menurutnya menjadi menteri selama 25 tahun membuatnya merasa bosan. "Saya plong. Saya bilang, Pak, 25 tahun jadi menteri ada kebosanan, kreatifitas kita mati, jenuh. Istri ingin kembali normal. Karena jadi menteri tidak bisa makan dipinggir jalan, ada saja wartawan/ paparazi poto-poto. Kau tidak punya hidup sebagai manusia biasa,"ujarnya mencurahkan hati.
Tanpa ia sadari, lanjut Emil, kejenuhannya selama ini ditangkap oleh sifat halus Pak Harto. "Dia bilang, saya juga capek. Ibu Tien pun meminta berkali-kali saya juga lengser keprabon, mundur. Saya juga merasa sudah waktunya mengundurkan diri. Beliau cenderung ingin berhenti tahun 1993,"kata Emil menirukan kalimat Pak Harto kepadanya.
Emil menambahkan, beberapa bulan kemudian, Pak Harto pun memanggil Dewan Pembina Partai Golkar dan mengemukakan keinginannya tersebut. Karen tiba-tiba, ada yang meminta dilakukan survei dahulu apakah bjiaksana Pak Harto berhenti pada waktu itu.
"Hasil survei membuktikan 92 persen meminta bapak tetap jadi presiden. Tapi saya kira 93 persen hati kecilnya ingin mundur, hanya saja ada kondisi teman-teman politiknya ngipas supaya terus (tetap jadi presiden),"ujarnya.
MUNAWWAROH