TEMPO Interaktif, New York--Harga minyak mentah pada perdagangan Senin (31/1) di bursa komoditas New York ditutup pada level tertinggi dalam dua tahun terakhir karena para pedagang khawatir terhadap demonstrasi yang terjadi di Mesir. Kecemasan terusan Suez akan ditutup karena ketidakstablian politik di Mesir hingga bisa mengganggu distribusi minyak dunia. Hal ni membuat harga minyak kembali melonjak.
Harga minyak untuk kontrak bulan Maret kembali naik US$ 2,85 (3,19 persen) menjadi US$ 92,19 per barel. Sehingga dalam dua hari terakhir telah naik US$ 6,55 (7,65 persen) di New York Mercantile Exchange. Bahkan harga minyak untuk antaran bulan Juli hari ini kembali naik US$ 1,96 menjadi US$ 97,53 per barel.
Harga minyak mentah laut utara (Brent) yang diperdagangkan di bursa komodita s London juga naik US$ 1,59 (1,6 persen) menjadi 101,01 per barel yang merupakan level tertingginya sejak 26 September 2008. Harga tertingginya yang pernah dicapai sejak 3 Oktober 2008.
Analis dari Moody’s Ekonomy.com, Melanie Bowler mengungkapkan berlanjutnya gejolak politik di Mesir merupakan ancaman terhadap stabilitas pasar keuangan global dan menambah tekanan terhadap tingginya harga minyak dunia.
“Sebenarnya Mesir bukan negara produsen utama minyak di Timur Tengah yang produksinya terus menurun sejak pertengahan 1990 hanya 685 ribu per barel,” ujar Bowler. Dibandingkan dengan produksi minyak Arab Saudi yang mencapai 12 juta per barel.
Namun, Mesir merupakan rute transit utama distribusi minyak dunia. Hampir 2 juta barel per hari minyak dikapalkan melalui terusan Suez, dan menyalurkan minyak 1 juta barel lewat pipa. Gangguan kanal dan pipa dikawasan tersebut akan mengalihkan kapal tanker melalui ujung selatan Afrika yang akan menyebabkan kenaikan biaya transportasi secara signifikan.
Analis dari Barclay mengatakan, terusan Suez sebenarnya tidak langsung dibawah ancaman krisis politik di Mesir. “Dan kami yakin pengiriman minyak tidak akan mengalami gangguan yang serius,” dalam analisa hariannya.
Sedangkan harga emas di bursa New York malah turun US$ 6,9 (0,51 persen) menjadi 1.333,8 per troy ounce. Namun hari ini dipasar Asia kembali naik US$ 3,1 (0,23 persen) ke US$ 1.336,9 per tory ounce.
Indeks dolar AS terhadap enam mata uang rival utamanya siang ini turun 0,162 (0,21 persen) menjadi US$ 77,569.
MARKETWATCH/ VIVA B. KUSNANDAR