TEMPO Interaktif, Bengkulu - Sebanyak 50 kepala keluarga transmigran di Pelabai, Kabupaten Lebong, Bengkulu, mengaku terancam kelaparan karena tidak memiliki sumber penghasilan.
Sementara lahan usaha dan jaminan hidup tambahan yang dijanjikan Pemerintah Lebong hingga saat ini belum terealisasi.
Salah seorang warga trans Pelabai, Dadang Subardan, mengatakan mereka tidak memiliki sumber kehidupan lain selain mengharapkan lahan usaha yang seharusnya telah diserahkan 3 bulan lalu.
"Seharusnya pemerintah tidak menutup mata dengan kondisi kami saat ini. Wahai Pak Bupati kami sudah hampir mati kelaparan di sini," ujar pria asal Kedoya Bogor tersebut, Selasa (1/2).
Seperti juga rekan-rekannya yang lain, Dadang ikut program transmigrasi dengan maksud mengubah nasib menjadi lebih baik. Seharusnya, kata Dadang, Pemerintah Lebong sebelum menerima transmigran, hak yang bakal diberikan sudah dipersiapkan agar persoalan seperti ini tidak perlu terjadi.
Karena tidak juga mendapat kejelasan terkait hak mereka, Dadang berniat segera menemui Pemerintah Bogor untuk meminta bantuan masalah 50 KK warga Kodya Bogor yang ada di Lebong.
Sementara itu Plt Dinas Sosial Tenaga Kerja Transmigrasi dan Kependudukan Catatan Sipil Syaiful Anuar Haroen yang dikonfirmasi persoalan ini mengatakan hingga saat ini pihaknya sedang melakukan usulan perpanjangan jatah hidup bagi warga trans yang belum mendapatkan lahan usaha.
"Usulan penambahan jatah hidup sendiri hanya beras sebanyak 42,5 kilogram untuk setiap KK setiap bulannya. Jadup tersebut tidak seperti jatah yang biasa warga terima sebelumnya yang meliputi beberapa kebutuhan lain seperti ikan asin, minyak tanah dan lainnya," tegas Syaiful.
PHESI ESTER JULIKAWATI