Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Imanda Amalia: Itu Hanya Hoax  

image-gnews
Demonstran anti pemerintah di Tahrir Square, Kairo, Mesir. AP/Sebastian Scheiner
Demonstran anti pemerintah di Tahrir Square, Kairo, Mesir. AP/Sebastian Scheiner
Iklan

TEMPO Interaktif, YOGYAKARTA - Imanda Amalia, 24 tahun, mendadak menjadi populer. Ini lantaran namanya disebut sebagai korban tewas dalam peristiwa berdarah di Mesir. Beberapa media televisi telah mewawancarainya, termasuk media Mesir. “Tapi untuk media Mesir karena pakai bahasa Arab jadi terputus,” kata Imanda kepada Tempo, Jumat 4 Februari 2011 dengan nada tenang.

Tak hanya media. Imanda, juga kebanjiran telepon untuk konfirmasi. Termasuk diantaranya United Nations Relief and Works Agency (UNRWA), lembaga Perserikatan Bangsa-Bangsa yang mengurusi pengungsi, juga mengontak dirinya. “Berita itu hoax, Imanda Amalia itu bukan saya yang mahasiswa UGM,”kata Imanda.

Imanda mengaku berasal dari Mataram. Ia tercatat sebagai mahasiswa S2 manda tercatat sebagai mahasiswa Pascasarjana Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran angkatan 2010.

Lagipula, Imanda mengaku, seseorang yang kebetulan namanya sama dengan identitasnya lebih tua dibanding dirinya. Imanda yang mahasiswa UGM ini masih berumur 24 tahun, berbeda dengan Imanda yang disebut-sebut staf UNWRA, berkewarganegaraan Australia dengan umur 28 tahun. Perempuan kelahiran Mataram, 25 Mei 1987 ini mengaku belum pernah sekalipun menginjakkan kakinya di Mesir.

Kabar menghebohkan itu muncul setelah pesan memilukan itu pertama kali dimunculkan Pumy Kusuma, teman Imanda, lewat akun Facebook Science of Universe. Dalam postingan disebutkan pula, pesan Imanda dalam Blackberry-nya. "Kami terjebak dalam baku tembak.... Ambulans tertembak. Terkena lemparan batu. Belum bisa dievakuasi karena massa makin memanas .... Please, doakan Manda dan kawan-kawan,".

Sejak itu, kabar bahwa ia tewas di tengah baku tembak di Kairo tersebut menjalar cepat di Facebook, Twitter, milis, dan portal-portal berita di Indonesia.

Imanda, disebut-sebut sebagai perempuan asal Indonesia itu--tapi disebut-sebut telah menjadi warga negara Australia--menyerahkan hidupnya untuk mengurus pengungsi di Gaza. Disebutkan pula, Imanda adalah lulusan Universitas Gadjah Mada ini anggota staf United Nations Relief and Works Agency (UNRWA), lembaga Perserikatan Bangsa-Bangsa yang menangani pengungsi, sejak 7 Juli 2010.

Akibat kabar itu, sepanjang Kamis kemarin, Kementerian Luar Negeri dibuat sibuk untuk mencari kebenaran soal Imanda Amalia. Namun informasi tak jua berbuah hasil.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa menyatakan, tak ada warga negara Indonesia di Kairo atas nama Imanda Amalia. Pun juga tak ada WNI yang jadi korban meninggal di Kairo. Marty juga mengaku berupaya melakukan verifikasi kepada kantor UNRWA di Amman Yordania dan Newyork, Amerika Serikat. Namun mereka menyebutkan tidak staf UNRWA atas nama Imanda.

Marty menegaskan, namun pemerintah akan terus berupaya mencari informasi yang pasti. Sehingga tidak terjadi simpang siur dimasyarakat. Hingga saat ini pemerintah belum mendapatkan aduan soal adanya keluarga di dalam negeri yang kehilangan anggota keluarganya, bernama Imanda Amalia.

Imanda mengaku mengetahui kehebohan ini setelah Ustadnya di Pondok Assalam menelpon dan menanyakan dirinya. “Apakah saya baik-baik saja,”katanya.

Ustad itu menurut pengakuan Imanda mendapat kontak dari reporter televisi swasta menanyakan kebenaran Imanda Amalia. Lantaran belum pernah menginjakkan kakinya di Mesir, maka Imanda mengatakan identitas itu salah. Lagipula foto yang terpasang di akun facebook juga bukan dirinya. “Jelas wajahnya bukan saya,”katanya.

Imanda mengaku tidak sedikitpun cemas atau takut setelah kabar menghebohkan. Adapun keluarganya hanya tertawa dengan kabar simpang siur ini. “Karena mereka tahu saya di Jogja dan baik-baik saja,”katanya.

BERNADA RURIT

Iklan

Berita Selanjutnya



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Mesir Blokir Situs Human Right Watch karena Rilis Penyiksaan Bui

8 September 2017

Ilustrasi. azpenalreform.a
Mesir Blokir Situs Human Right Watch karena Rilis Penyiksaan Bui

Mesir memblokir situs Human Rights Watch sehari setelah organisasi tersebut merilis laporan tentang penyiksaan sistematis di penjara negara itu


Mesir Pulangkan 2 Mahasiswa Indonesia Setelah Ditahan Satu Bulan

31 Agustus 2017

Tampak dua mahasiswa Indonesia menunggu evakuasi ke Bandara untuk kembali ke Indonesia di tepi jalan Kota Kairo, Mesir. Dokpri. Ahda Sabila
Mesir Pulangkan 2 Mahasiswa Indonesia Setelah Ditahan Satu Bulan

Pada 30 Agustus 2017, Kedutaan Besar RI di Kairo menerima informasi dari kantor pusat Imigrasi Mesir bahwa pemerintah Mesir menyetujui pemulangan.


PPMI: Mesir Tahan 2 Mahasiswa Asal Sumatera Barat

10 Agustus 2017

TEMPO/Budi Yanto
PPMI: Mesir Tahan 2 Mahasiswa Asal Sumatera Barat

Presiden Persatuan Pelajar dan Mahasiswa Indonesia (PPMI) Mesir Pangeran Arsyad Ihsanul Haq mengatakan 2 mahasiswa Sumatera Barat ditahan polisi Mesir


Mesir Punya Pangkalan Militer Terbesar di Timur Tengah dan Afrika  

24 Juli 2017

Presiden Mesir, Abdel Fattah al-Sisi. REUTERS
Mesir Punya Pangkalan Militer Terbesar di Timur Tengah dan Afrika  

Pangkalan militer Mesir terbesar di Timur Tengah dan Afrika berlokasi di kota El Hammam, di sebelah barat Alexandria.


Beri Anak Nama Asing, Orang Tua di Mesir Terancam Dibui

15 Juni 2017

Ilustrasi bayi baru lahir. shutterstock.com
Beri Anak Nama Asing, Orang Tua di Mesir Terancam Dibui

Para orang tua di Mesir terancam dipenjara hingga enam bulan lamanya jika memberi nama asing atau Barat kepada bayi mereka.


Gerombolan Bertopeng Tembaki Bus Umat Kristen Koptik, 28 Tewas  

27 Mei 2017

Kerabat menangis dan berdoa di depan peti jenazah kerabatnya yang tewas akibat serangan bus, di Katedral Abu Garnous di Minya, Mesir, 26 Mei 2017. AP Photo
Gerombolan Bertopeng Tembaki Bus Umat Kristen Koptik, 28 Tewas  

Gerombolan pria bersenjata, bertopeng, dan berseragam militer menyerang bus yang mengangkut umat Kristen Koptik Mesir, 23 orang tewas.


Tuduh Seorang Pendakwah Murtad, Rektor Al Azhar Dipecat

8 Mei 2017

Ahmed Hosni Taha, rektor Universitas Al Azhar . alg24.net
Tuduh Seorang Pendakwah Murtad, Rektor Al Azhar Dipecat

Rektor Universitas Al-Azhar Ahmed Hosni Taha dipecat karena melabeli seorang pendakwah dengan istilah murtad


Mesir Membebaskan Pemimpin Ikhwanul Muslimin Hassan Malek

6 Mei 2017

Pendukung Ikhwanul Muslimin bentrok dengan polisi saat unjuk rasa di Kairo Matariya, Mesir, 1 Juli 2015. Mereka memprotes pemerintah yang menetapkan hari libur nasional, setelah dua tahun penggulingan Presiden Mohammed Morsi. AP/Belal Darder
Mesir Membebaskan Pemimpin Ikhwanul Muslimin Hassan Malek

Malek yang menjalani tahanan rumah sekjak Oktober 2015.


Mesir Menyambut Baik Zona Aman di Suriah Usulan Rusia

5 Mei 2017

Sebuah gambar yang diambil dari sebuah video, memperlihatkan asap tebal usai terjadinya pengeboman di Latamneh, di provinsi Hama, Suriah, 30 April 2017. REUTERS
Mesir Menyambut Baik Zona Aman di Suriah Usulan Rusia

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mendukung zona damai sebagaimana disampaikan Putin kepada Trump.


Seniman Mesir Menulis Quran Terbesar di Dunia

4 Mei 2017

Saad Mohammed menulis lembaran Al-Quran di kediamannya di Belqina, Kairo utara, Mesir, 26 April 2017. REUTERS/Mohamed Abd El Ghany
Seniman Mesir Menulis Quran Terbesar di Dunia

Saad Mohammed asal Mesir membutuhkan waktu tiga tahun untuk menulis Al Quran terbesar di dunia.