TEMPO Interaktif, Jakarta - Badan Musyawarah Perguruan Swasta Indonesia mencatat sekitar 300 ribu guru di Indonesia sulit naik pangkat. Para guru dari golongan IVB itu sulit untuk beralih ke golongan IVC karena minimnya karya ilmiah yang mereka hasilkan.
Minimnya keinginan serta pengetahuan menulis para pengajar itulah yang menyebabkan karya ilmiah yang dihasilkan serta dipublikasikan para guru sangat minim. "Memang salah satu penilaiannya adalah hasil karya ilmiah," ujar Ketua Badan Musyawarah Perguruan Swasta Indonesia, Dr Fathoni Rodli, dalam sambutannya pada acara 'International Teachers Conference and Education Exhibition', di Hotel Kartika Chandra, Jumat 4 Februari 2011.
Menurut dia, uji kompetensi guru melalui program sertifikasi merupakan upaya pemerintah untuk meningkatkan kemampuan guru di Indonesia. Mereka diharapkan bisa berpacu untuk menghasilkan karya-karya ilmiah berkualitas. Minimnya pengetahuan serta inovasi para guru dalam meningkatkan kemampuan menulis, kata dia, cukup berpengaruh terhadap karya tulis yang dihasilkan.
"Guru itu model, guru itu teladan dan guru kehidupan yang bisa menjadi guru panutan bagi masyarakat Indonesia,"ujarnya.
Malayati Hasan, ketua penyelenggara seminar dan pameran tersebut, mengatakan kegiatan ini untuk memberikan metode baru kepada guru dalam kegiatan belajar mengajar. Guru diharapkan lebih aktif, kreatif, kepada siswa didiknya.
"Kita ingin memberikan metode pengajaran yang lebih modern kepada mereka (Pengajar)," ujarnya. "Guru jangan hanya datang, berbicara kepada murid dan selesai."
Seminar pendidikan bertaraf Internasional ini menghadirkan 250 guru berprestasi di tingkat Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas dari 33 Provinsi di Indonesia, sebagai pesertanya.
Selama tiga hari ke depan, mereka akan mendapatkan metode pendidikan yang baru dan modern dalam pengajaran di sekolah. Hadir sebagai pembicara dalam seminar adalah para praktisi pendidikan antara lain dari Finlandia, Belanda, Kanada, termasuk praktisi pendidikan dalam negeri.
JAYADI SUPRIADIN