Berkaitan dengan anggaran, Agus mengatakan masih tetap menggunakan asumsi dasar harga minyak dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2011 sebesar US$ 80 per barrel. "Kalau nanti ada perubahan, kita akan menyampaikan. Tapi belum sampai pada perubahan," ujar Agus.
Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa mengatakan pemerintah mencermati harga minyak. Alasannya, kenaikan harga minyak setiap satu dolar Amerika Serikat akan meningkatkan penerimaan negara. Tapi kenaikan harag mempengaruhi anggaran. "Tak hanya subsidi yang membengkak, harga minyak selalu berhubungan dengan sektor lain yang mendorong inflasi," katanya.
Kementerian Koordinator Perekonomian bersama Menteri Keuangan terus memantau pengaruh kondisi politik Mesir terhadap harga minyak. Hatta mengatakan situasi mesir sangat temporer. Dia beralasan Mesir bukan pengekspor minyak sehingga tak begitu besar pengaruhnya. Dia menilai Terusan Suez juga tak akan terganggu, karena itu perairan yang digunakan secara internasional yang mempengaruhi ekonomi dunia. "Jadi saya menganggap tidak fundamental," ujarnya.
Dia mengungkapkan jika melihat permintaan dan suplai, justru sebetulnya ada kecenderungan menurunnya permintaan seperti di Amerika dan sejumlah negara. Sedangkan OPEC berkomitmen meningkatkan produksi sampai 1,5 juta barel. "Jadi sebetulnya, fundamental demand dan supply-nya cukup. Sehingga kita harapkan ini tak akan panjang," katanya.
Pemerintah akan menggelar rapat kordinasi dengan Bank Indonesia sebulan sekali. Terutama, dalam menjaga inflasi. Menurut Hatta, beban inflasi tak akan berat dengan tren harga pangan mulai turun. Minggu kedua kemarin akan segera panen raya. Hatta berharap akan terjadi deflasi pada komoditas pangan selama Februari atau dua bulan ke depan. "Tugas saya menjaga inflasi tidak naik dengan menjaga stabilitas harga pangan," katanya.
Soal kemungkinan revisi anggaran, Hatta mengatakan belum dilakukan. "Sampai sekarang belum ada pembicaraan untuk revisi," katanya. Harga ICP (harga minyak rata-rata Indonesia) itu dihitung sepanjang tahun. Bukan berarti harga minyak naik, kemudian mengubah asumsi anggaran.
Hatta mencontohkan tren yang terjadi pada 2010. Walaupun harga minyak internasional pernah menyentuh level di atas US$ 90 per barel, tapi selama tahun lalu ICP justru di bawah US$ 80. Penerimaan negara di sektor minyak dan gas bumi, bahkan melampaui target. Kendati pun produksi minyak turun, tapi gas memberikan sumbangan yang cukup besar.
EKO ARI WIBOWO