TEMPO Interaktif. Industri asuransi yang terus tumbuh dalam lima tahun terakhir ternyata masih identik dengan produk masyarakat kota dan berpenghasilan cukup. Produk ini masih menjadi barang asing bagi masyarakat pedesaan. Padahal perusahaan asuransi tidak hanya mengenalkan produk asuransi, tapi juga kredit mikro yang dikemas dalam program corporate social responsibility (CSR).
Program CSR PT AIA Financial, misalnya, dikemas dalam desa binaan AIA Village di Kecamatan Jonggol, Kabupaten Bogor. Program yang dijalankan sejak 2008 ini meraih ReBi Award 2010 sebagai Pelopor Program CSR di Industri Asuransi Jiwa Berbasis Desa Binaan yang Berkelanjutan. Warga tidak hanya dibekali kredit mikro, tapi juga keterampilan berusaha. Kepada Eka Utami Aprilia dari Tempo pekan lalu, Paul Gunawan berbagi cerita tentang AIA Village dan industri asuransi yang dijalani perusahaannya.
Kenapa AIA Financial tertarik dengan desa binaan?
Proyek ini sejalan dengan tradisi AIA yang sudah berlangsung sejak dulu, yaitu bermitra dengan masyarakat dalam menjalankan bisnis. Selain itu, kami ingin membantu meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan kesejahteraan warga di daerah tertinggal, terutama kaum ibu. Di sini kami mengenalkan kredit mikro sesuai dengan aspirasi masyarakat.
Apa yang mereka lakukan dengan kredit mikro ini?
Banyak hal yang bisa dilakukan. Ibu-ibu ambil kredit untuk penggemukan sapi yang dijual saat hari raya kurban. Ada juga untuk jual baksi dan sayur-sayuran. Kami juga melakukan penyuluhan. Misalnya kalau buat makanan jangan pakai pewarna. Kalau tanam sayur, kami sarankan sayur organik karena harganya lebih mahal.
Berapa dana kredit yang disalurkan?
Saat pertama dikenalkan pada 2008, kami salurkan Rp 1 miliar. Jangan dilihat dananya, tapi jumlah yang mendapat kredit 2.700 orang. Jumlah ini bertambah terus setiap tahun. Kredit mikro ini tidak dijamah bank karena peminjam tidak ada yang qualified. Kalau lembaga keuangan lain harus ada paper, tapi tidak mungkin karena mereka tidak bisa baca-tulis.
Berapa besaran bunga kredit dalam AIA Village ini?
Bunga ada, tapi sangat minimal. Pinjaman kelipatan Rp 500 ribu, bisa naik kalau pembayaran lebih awal. Mereka bayar tiap minggu Rp 50 ribu ditambah Rp 10 ribu. Tapi yang lebih baik lagi bisa membuat lapangan pekerjaan.
Kenapa AIA Financial merilis kembali produk syariah?
Produk syariah awalnya kami keluarkan pada sekitar Juli tahun lalu dan kami rilis kembali bulan ini. Respons nasabah bagus karena produk syariah sebenarnya produk universal. Produk ini diterima semua kalangan, baik muslim maupun nonmuslim.
Berapa pembagian antara asuransi syariah dan konvensional?
Kedua produk berbeda, maka promosi juga berbeda. Besaran premi 50-50. Secara rata-rata, sejak syariah dikeluarkan, premi sudah Rp 14 miliar per bulan. Premi asuransi syariah pernah capai Rp 25 miliar, tapi rata-rata tetap Rp 14 miliar. Jadi cukup signifikan. Produk syariah kami rilis Juli tahun lalu, jadi premi dihitung dari nol.
Apakah tidak terjadi kanibalisasi?
Keduanya produk yang berbeda dan tidak akan terjadi kanibal. Malah capaian produk baru yang naik. Yang penting promosi satu jangan sampai makan yang lain. Kami harap produk syariah ini memperkaya produk kami dan bisa diterima masyarakat luas.
Bukankah asuransi masih identik dengan warga menengah?
Tidak. Asuransi untuk semua orang. Tapi yang membeli rata-rata yang memiliki keterkaitan keluarga, saudara, atau generasi muda yang mengerti kebutuhan asuransi. Tapi mereka juga bukan orang yang bangun pagi terus langsung beli asuransi. Mereka harus diberi keterangan. Dan menerangkan kepada mereka lebih mudah.
Sebenarnya berapa besar pasar asuransi yang tersedia?
Pasar besar, dan bisa dilihat berdasarkan umur atau pendapatan. Dulu pembeli asuransi kebanyakan berumur 45 tahun ke atas. Sekarang bergerak di sekitar usia 20 tahun dan awal 30 tahun. Kalau dilihat dari hasil sensus penduduk, ada 90 persen warga di bawah usia 39 tahun. Inilah potensi pasar asuransi. Kalau dilihat dari pendapatan, paling tidak mereka yang berpenghasilan Rp 3-3,5 juta sebulan.
Berapa jumlah orang yang berpenghasilan minimal Rp 3-3,5 juta?
Yang pasti pemegang akun di Bank Indonesia sekarang 112 juta orang. Empat tahun lalu hanya 58 juta orang. Dana yang dihimpun hampir Rp 2.600 triliun. Yang berkembang memang menengah ke atas. Itu kira-kira potensi asuransi lebih dulu ke situ. Jadi pasar yang tersedia masih besar.
*