TEMPO Interaktif, Parepare -- Inspektorat Parepare menyatakan ijazah sarjana strata 1 yang dimiliki Harumi, guru honorer di Sekolah Menengah Pertama PGRI 1 Ujung, Parepare, dipastikan palsu. Kesimpulan ini diperoleh setelah Inspektorat memperoleh keterangan dari Universitas Negeri Makassar (UNM) dan penjelasan dari guru pemilik ijazah itu.
Hasil pemeriksaan itu rencananya dilaporkan ke pelaksana tugas Wali Kota Parepare, Sjamsu Alam, pekan ini. "Untuk sanksi, kami telah memberi beberapa alternatif dalam rekomendasi yang akan disampaikan ke Wali Kota," kata Kepala Inspektorat Kota Parepare Badaruddin di ruang kerjanya kemarin. Namun ia tidak menyebutkan rekomendasi-rekomendasi apa saja yang diserahkan ke wali kota.
Kasus yang melibatkan Harumi itu muncul saat pemerintah Parepare menggelar penerimaan pegawai baru di lingkungan kantor pemerintah. Harumi, yang sebelumnya berstatus pegawai honorer, ikut melamar. Dia dinyatakan lulus tes dan akan diangkat menjadi calon pegawai negeri. Namun, sebelum dikukuhkan, dia harus menyerahkan ijazah aslinya untuk diverifikasi ke perguruan tinggi yang mengeluarkan ijazah, yaitu UNM.
Berdasarkan hasil pemeriksaan, kata Badaruddin, Harumi tidak tahu bahwa ijazah yang dia miliki itu palsu. "Jadi kami menyimpulkan bahwa dia tidak terlibat dalam pembuatan ijazah palsu itu," katanya. Namun Harumi tetap akan mendapatkan sanksi atas kepemilikan dan penggunaan ijazah palsu tersebut.
Sebelumnya, kepada Tempo, Harumi menceritakan bagaimana dia memperoleh ijazah itu. "Saya tidak pernah menyangka bahwa ijazah ini palsu, karena orang yang menawarkan saya adalah pegawai dinas pendidikan," katanya, 28 Januari lalu. Dia membayar uang Rp 10 juta untuk mendapat ijazah S-1 Jurusan Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial dari Universitas Negeri Makassar.
Belakangan diketahui orang yang menawarkan ijazah itu bernama Hasan. Harumi mendapat ijazah pada 2008. Ia mengaku tidak pernah mengikuti proses perkuliahan. Ijazah inilah yang kemudian digunakan Harumi untuk melamar sebagai pegawai negeri. "Menurut Pak Hasan, ijazah itu diperoleh dari seorang yang punya jaringan di UNM," katanya.
Dalam kesempatan berbeda, Hasan membenarkan bahwa dirinya yang membantu Harumi memperoleh ijazah UNM. Dia juga tidak menyangka bahwa ijazah itu palsu. "Karena awalnya saya yang ditawari," katanya. Hasan tertarik oleh tawaran itu. Namun, karena tidak memiliki uang, tawaran itu akhirnya lewat begitu saja. Tawaran inilah yang kemudian dia sampaikan ke Harumi. "Penyakit jantung saya kumat mendengar ijazah yang saya urus itu palsu."
Menurut Hasan, orang yang menawarkan pembuatan ijazah itu adalah Saleh. Namun informasi tentang Saleh ini hanya sampai di Hasan. Sebab, mantan pegawai dinas pendidikan itu tidak tahu secara pasti tempat tinggal Saleh.
| Suherman Madani