TEMPO Interaktif, Jakarta -Rencananya bus berkaki ini sepenuhnya memperoleh pasokan tenaga dari sistem energi surya dan listrik kota. Listrik disuplai melalui sistem elektrifikasi relay arus searah. Bus itu sendiri adalah konduktor listrik, dua rel yang dibangun di bagian atas, menghubungkan pos pengisian di sepanjang rute bus. Pos pengisian energi berikutnya akan berada pada rel sebelum pos pertama berakhir. “Itulah mengapa kami menyebutnya relay charging,” kata Song Youzhou, sang inventor 3D Express Coach . “Ini adalah penemuan baru, belum terdapat di tempat lain.”
Sistem tersebut adalah kapasitor super, sebuah perangkat yang dapat mengisi, mengosongkan, dan menyimpan listrik dengan cepat. Tenaga yang disimpan ketika bus berhenti dapat mendukung bus hingga pemberhentian selanjutnya, tempat bus kembali menerima pasokan listrik sehingga sama sekali tidak mengeluarkan gas beracun. Shenzhen Hashi mengklaim pengoperasian bus dapat menghemat bahan bakar hingga 860 ton per tahun, yang berarti mengurangi emisi karbon 2.640 ton.
Pembangunan bus berkaki ini mencakup dua bagian. Bagian pertama adalah mengubah model jalan serta mendirikan stasiun berbentuk panggung. Khusus untuk jalur bus, Shenzhen Hashi mengajukan dua cara untuk merombak jalan, yaitu menambahkan trek di kedua sisi lajur jalan atau mengecat dua garis putih pada kedua sisi dan menggunakan teknologi autopilot dalam bus yang akan mengikuti garis dan berjalan stabil.
Berkaitan dengan halte, Shenzhen Hashi mengajukan dua opsi. Pertama, pintu keluar-masuk penumpang bus dibuat di salah satu sisi, sama seperti yang terdapat pada bus Transjakarta, sedangkan pilihan lain adalah menggunakan tangga built-in sehingga penumpang dapat naik dan pindah ke jembatan lewat pintu di atap bus.
Untuk menjamin keamanan bus berbadan lebar ini, di bagian belakang bus dipasangi pemancar gelombang ultrasonik guna mencegah mobil berbadan tinggi semacam truk memasuki terowongan di bawah bus. Pemindai sinar laser akan mengaktifkan alarm di belakang bus bila ada mobil yang berjalan terlampau dekat. Di “kolong” bus juga terdapat lampu tanda belok yang mengindikasikan bus bermaksud membelok untuk memperingatkan kendaraan di bawahnya. Sistem radar pemindai juga dipasang pada dinding bawah agar mobil lain tak terlalu dekat dengan roda bus.
Belakangan ini, banyak kota-kota besar yang merombak kembali sistem sinyal lalu lintasnya untuk memprioritaskan bus umum, misalnya ketika bus tersebut mencapai persimpangan, otomatis lampu merah di sisi lain jalan akan menyala untuk memberi kesempatan bus berjalan. “Bus berkaki ini dapat mengadopsi metode BRT itu,” ujar Song Youzhou. “Mobil bisa ikut membelok bersama-sama bus. Jika tidak, lampu merah akan menyala untuk menghentikan mobil di bawah bus dan memberi kesempatan pada bus untuk berbelok.”
Bus juga dilengkapi dengan pintu darurat, yang akan terbuka secara otomatis bila terjadi kebakaran atau kondisi darurat lain. “Saya menggunakan konsep penyelamatan dengan tangga luncur seperti yang digunakan di pesawat terbang,” ujarnya. “Itu cara tercepat untuk menyelamatkan diri.”
HUFFINGTONPOST | CNTV | TJANDRA