Berdasarkan laporan Bank Dunia, harga pangan dunia melonjak 29 persen dalam setahun terakhir. Artinya hanya terpaut 3 persen dari puncak kenaikan harga pangan tertinggi pada 2008.
Presiden Bank Dunia, Robert Zoellick mengatakan kenaikan harga telah memukul mereka yang berada di negara berkembang karena harus menghabiskan setengah pendapatannya untuk makanan.
"Harga pangan adalah kunci dan tantangan utama yang dihadapi banyak negara berkembang saat ini," kata Zoellick, Selasa sore waktu setempat. Bank Dunia memperkirakan harga tinggi pada jagung, gandum dan minyak telah mendorong 44 juta orang ke dalam kemiskinan ekstrim sejak Juni lalu.
Laporan ini datang sehari sebelum menteri keuangan dan kepala bank sentral dari Kelompok 20 negara ekonomi utama bertemu di Paris. Zoellick khawatir beberapa negara akan bereaksi terhadap inflasi pangan dengan melarang ekspor atau menerapkan kontrol harga. Tindakan itu hanya akan memperburuk masalah.
Indeks harga makanan menurut Bank Dunia naik sebesar 15 persen antara periode Oktober dan Januari. Peningkatan ini telah didorong oleh perubahan perdagangan untuk gandum, jagung dan kedelai.
Harga perdagangan berjangka untuk jagung naik lebih dari dua kali lipat sejak musim panas ini. Kenaikan harga dari US$ 3,50 menjadi US$ 7 per gantang (setara 2,8 kilogram). Penyebabnya, permintaan lebih tinggi dari negara-negara berkembang dan industri biofuel.
"Peningkatan harga sebagian karena pedagang dunia gelisah melihat tingkat cadangan yang rendah untuk jagung, gandum dan kedelai," kata Chris Nagel, seorang analis dengan Northstar Commodity di Minneapolis. Menurut dia, perkembangan permintaan dari pelanggan di Cina dan tempat lain menekan pada pasokan banyak komoditas.
Departemen Pertanian Amerika Serikat pekan lalu memperkirakan petani jagung di negara itu hanya akan memiliki 675 juta gantang jagung pada akhir Agustus, sebelum panen dimulai tahun depan. "Itu hanya pasokan untuk 18 hari," kata Nagel.
Tipisnya cadangan bahan pangan berarti akan meningkatkan penawaran harga tanaman selanjutnya. Hal itu akan terjadi pada kondisi cuaca apapun yang mengurangi tanam tahun depan.
EKA UTAMI APRILIA